December 11, 2014

Aku dan Keegoisanku

Siang ini aku mendapat BC dari Kajian Annisa, tentang Test The Water terhadap Umat Islam. Kali ini tentang Pak Anis Baswedan, yang mewacanakan untuk mengganti ritual berdoa di sekolah. Sebagai orang yang mengidolakan Pak Anis tentu saja aku merasa marah ketika mendapat BC itu. Lebih tepatnya seperti ini BC yang saya terima.

Saya langsung membalasanya seperti ini:

TEST THE WATER' terhadap UMAT ISLAM

Kasus Menteri Anies Baswedan tentang kebijakan Tata Tertib berdoa di sekolah, kemudian publik bereaksi keras, lalu akhirnya Menteri klarifikasi dan ngeles itu hanya wacana, semakin menguatkan dugaan berbagai pihak kalau Umat Islam sedang mengalami 'Test The Water'. Sejauh mana reaksi umat Islam terhadap kebijakan. Kalau diam, maka kebijakan dilanjutkan. Kalau berekasi keras, maka tinggal klarifikasi dan bilang 'itu hanya wacana'.

"Test case seperti melempar batu ke dalam air seberapa riak ummat ini. Satu-Satu. Ada tesa-antitesa, aksi-reaksi, sebab-akibat," ujar bu Wirianingsih Mutammimul Ula melalui akun twitternya @wirianingsih, Selasa (10/12/2014).

Tras Rustamaji (@rustamaji), seorang konsultan IT, juga menyatakan serupa:

1. Sudah makin kentara polanya. Mereka sedang melakukan "test the water" thd umat Islam.

2. Mereka membuat 'kebijakan', kalau para ulama kalem, kebijakan lanjut. Kalau ulama teriak tinggal ngeles 'wartawan salah nangkep! gak gitu'.

3. Dulu pas umat di #testTheWater dgn pelarangan takbir, ulama kalem. Akhirnya jadi deh itu kebijakan jalan.

4. Ingat #testTheWater perubahan dari pakaian muslim ke pakaian encim di sekolah (DKI)? umat protest, mereka ngeles 'itu cuma gosip! gak ada rencana'.

5. Dan, kalau ust. @Yusuf_Mansur nggak teriak, mereka nggak akan ngeles kayak gini.

6. Kita siap-siap aja sepanjang 5 tahun di#testTheWater. qurban & adzan dilarang, khotbah diatur, imam masjid mesti sertifikasi, dll.

"Iya persis spt rencana pnghapusan kemenag. Angkat isu lalu lihat reaksi tokoh2 "kunci". Kalau dtolak ngeles kl diam ya bablas," tambah @surodilagan.

Maka menjadi tugas publik dan terutama para ulama untuk terus 'hadir' tidak berdiam.

"Ulama harus ada di setiap masa, mengikuti jejak para Nabi dan Rasul yg dihadirkan Tuhan Maha Pencipta agar manusia selamat sampai tujuan," demikian ungkap ibu Wirianingsih.

KEBIJAKAN ---> UMAT DIAM ---> REALISASI
KEBIJAKAN ---> UMAT PROTES ---> TINGGAL NGELES

Karena hari sebelumnya aku sempat membalas BC mereka dan nggak ada tanggapan, aku merasa bahwa kali ini pun pasti nggak ada balasan. Tapi aku salah, ternyata adminnya membalas langsung pesanku. Sepertinya Adminnya tidak suka dengan komentarkuu. Aku pun emosi, entah kenapa aku merasa emosi dengan balasannya. Hahahaha. Tapi aku mau protes, ilmuku juga masih jauh. Dan selama ini aku memang kurang perduli dengan hal-hal beginian. Dan akan sangat bodoh jika kami hanya debat kusir tanpa tahu arahnya. Debat yang hanya akan membuat kami emosi tanpa ada endingnya. Jadi alhasil aku hanya akan membeli majalah yang mereka rekomendasikan. Bukan untk menjadi sok baik dan sok setuju dengan pemikiran dia, namun untuk melihat yang sebenarnya terjadi menurut sudut pandang mereka.

Aku tidak tahu apa yang meresahkan dan membuatku marah dari kejadian ini. Mungkin sebenarnya yang membuatku marah adalah begitu banyak orang yang menulis, bahkan yang mengatasnamakan islam sekalipun beritanya ditulis dengan reportasi ala kadarnya. Tidak bisa disebut sebagai reportase, asal tuduh, nggak ada bukti yang jelas. Sedangkan sebenarnya aku ingin memepercayai mereka, namun bagaimana aku bisa mempercayai seandainya mereka menulis dengan cara demikian? Aku yang notabene Muslim yang sangat mencintai agamaku saja susah untuk menerima tulisan mereka, apalagi mereka yang pemahaman terhadap Islam sudah salah kaprah. Aku akan sangat menghargai mereka, jika mereka menulis dengan reportase yang benar. Selama ini mereka tidak dipercayai bukan karena mengatasnamakan agama namun karena cara menulis mereka yang masih jauh dari sebutan reportase. Ini untuk kasus tertentu sih sebenernya, yang membuatku jadi menjugde semuanya. Asal tuduh yang dilakukan oleh segelintir orang membuatku tidak mempercayai semuanya.

Di lain pihak, selama ini saya sudah sangat mengagumi orang-orang yang mereka kritik. Dalam kasus ini adalah Pak Anis, yang ke-Indonesiaannya sudah tidak diragukan lagi, yang pengabdiannya pada Negara sudah tidak diragukan lagi. Dan apakah benar, memang pak Anis yang beragama Islam juga, yang memiliki Indonesia mengajar, yang agamanya pun Insya Allah bagus, memang memiliki niat Test The Water tadi? Apakah memang demikian? 

Apakah kamu mengerti maksudku? Di satu sisi aku ingin mempercayai Pak Anis yang memang selama ini saya anggap sebagai orang yang niat mengabdi pada Negara. Sedangkan di sisi lain, aku ingin mempercayai saudara-saudara seagamaku. Namun yang lebih menyebalkannya lagi adalah aku susah mempercayai mereka, karena aku menganggap mereka berperang dengan sesuatu yang tidak ada. Atau mereka terhasut oleh orang-orang yang memiliki kepentingan lain.

Dan yang lebih menjengkelkan dari semua itu adalah Mbak adminnya memintaku untuk mengikuti berita politik, supaya aku tidak bingung. Justru karena saya mengikuti berita itu yang membuat saya semakin bingung. Tapi satu hal yang tidak berani saya tanyakan ke dia, apakah anda juga berita politik? Yakni berita yang tidak satu aliran dengan Anda? Atau Anda hanya mengikuti berita yang sekiranya membenarkan dugaan Anda? Meskipun sebenarnya pertanyaan ini juga berlaku untukku sendiri.

Sayangnya sepertinya aku mencari masalah di tempat yang salah. Tak seharusnya aku mencari masalah dengan admin kajian annisa di mana aku akan menjadi salah satu anggotanya untuk ikut taaruf. Semoga sih kata-kataku nggak menyinggungnya. Dan yang lebih penting semoga, meskipun aku menyinggung perasaannya, mereka tidak sesempit itu untuk memojokkanku. Namun kejadian ini membuatku sadar dua hal. Tak seharusnya aku menggantungkan nasib statusku pada sebuah komunitas, seharusnya aku menggantungkan nasib itu pada Allah. Sebuah komunitas hanya sebagai usaha, bukan segala-galanya. Kedua aku semakin yakin untuk mencari seorang pendamping yang memiliki agama yang bagus, namun juga memiliki wawasan yang luas, terutama ilmu sosialnya. Karena ilmu sosial akan membuatnya menjadi orang yang lebih toleran dan terbuka, dan agama akan membentengi dia dari pengaruh luar. Aamiin. Semoga.

December 1, 2014

Bulan Penuh Hutang


Bulan November ini adalah bulan penuh hutang. Bulan ini aku bangkrut karena membayar kursus menjahit, membeli mesin jahit (meskipun memakai uang tabungan) aku membeli buku bisnis, yang totalnya 300rb sekian, padahal cuma 2 buku. Setelah aku itung-itung ternyata utangku banyak banget. Pantesan orang utang itu nggak kerasa, tapi berat banget saat menyaurnya.
Berikut utangku ke orang-orang:

Mbak Mash 32.000 (saat nulis barusan minta utang pulsa 44.000 lagi)
Mas Isnan 100.000 (dulu utang buat tambahan beli buku)
Utang Hijab Naziha 250.000 + 127.000 + 41.000)

Oh my god! Utangku banyak bingiiittt!!! Semoga bulan Desember nggak bangkrut lagi. Meyakinkan pada diri sendiri. Udah nggak perlu beli buku bisnis lagi, yang penting prakteknya.

Ditulis tanggal 30 November 2014. Mereview 30 hari di bulan November. Diposting 1 December. Welcome December, semoga aku nggak pailit seperti November. :-)