August 5, 2015

Menuju 6 bulan resign


Hai hai hai, apa kabra? Nggak terasa banget ternyata aku udah resign selama 5 bulan, dan akan 6 bulan di akhir Agustus ini. Nggak berasa banget deh pokoknya, aku pikir masih 4 bulan aja. Wkwkwkkw. Dan bagaimana kabar @hijabnaziha? Alhamdulilah semakin kece, orderan semakin banyak. Bahkan belum lama ini ada yang mau order dari malaysia. Bikin aku amaze banget, sayangnya belum jadi order. Baru nanya-nanya doang booook. Meskipun belum jadi order teteup bikin aku happy. Dan membuatku makin optimis bahwa, @hijabnaziha (atas izin Allah) akan bertambah besar. Semoga semakin berkah juga. Aamiin aamiin aamiin.

Meskipun aku bahagia dengan @hijabnaziha, tapi terkadang aku masih merindukan hiruk pikuk pada pekerjaanku yang dulu. Pada obrolan dengan teman-teman di jam kerja, nyari makan pas maksi, jalan bareng temen-temen cewek dan ngobrol asyik bareng mereka, pada status kerjaanku, dan masih banyak lagi. Sayangnya, aku sudah cukup pusing dengan tanggung jawab yang harus kupikul. Aku merasa berat dan capek. Meskipun aku sering merindukan mereka, aku tetep masih memilih @hijabnaziha. Hehehehe...

Bagaimana pun, setakberubah apapun teman-temanku di sana, rasanya akan tetap beda ketika aku main ke sana sebagai eks-orang kantor, dengan aku datang sebagai karyawan kantor. Karena tanggung jawab yang berbeda, rasa memikul tanggung jawab yang beda, rasa memiliki kantor yang tak lagi sama. Oooh, then I miss you so much you my family.


July 27, 2015

STRESS BERAT


Fix! Aku setres berat. Setelah 4 bulan resign dari kerjaan, baru kerasa deh nggak punya uangnya. Saya totally poor. Tapi bukan karena itu aku setress berat, tapi karena yang lain. Ya, apalagi sih kalau bukan 'belum bertemu jodoh'? Tapi kondisi nggak punya uang bikin aku tambah setress. Pasalnya aku terbiasa boros dan mau enak sendiri kalo sedang setress, jadi kalau nggak punya uang kayak gini, rasanya pengen nyokot sendaalll... -____-

"Ya Allah, aku mohon, kasih hamba uang yang banyaaakkkk biar hamba nggak tambah setress. Beri hamba jodoh yang ganteng, soleh, mapan juga, biar kalau lagi nggak ada duit bisa mintak suamik." Hahahaha....

Oke itu doa bercanda tapi pengen segera dikabulkan, kalau ini doa serius nan bijak.

"Ya Allah, maafkan hamba yang belum bersyukur padahal Engkau telah memberi banyak nikmat kepadaku. Apalah artinya 'belum bertemu jodoh' apalah artinya 'belum ada uang' dibandingkan dengan kesehatanku, dibandingkan dengan kesehatan ibukku dan saudara-saudaraku. Dibandingkan dengan limpahan kasih sayang keluargaku. Toh aku masih bisa makan, aku masih bisa jalan-jalan, aku masih memiliki sahabat yang benar-benar peduli padaku. Ya Allah maafkan hambaMu ini yang masih tidak bersyukur padaMu. Selalu ingatkan aku pada banyaknya nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku. Aamiin. Ya Allah, tapi hamba serius ingin segera bertemu dengan jodohku dan ingin memiliki uang yang banyak dan berkah. Aamiin, aamiin, aamiin. "

July 22, 2015

JIKA


Jika berteriak, berlari, bersembungi bisa mempermudah semuanya maka akan aku lakukan. Jika menangis, marah dan bertindak tak bertanggung jawab bisa melegakan, pasti akan kulakukan. Jika membenci dan memaki bisa memperbaiki keadaan, pasti akan kulakukan.

Sayangnya aku tak bisa berlari.
Sayangnya aku tak bisa sembungi.
Sayangnya aku tak bisa berteriak.
Sayangnya semua itu percuma

Sayangnya menangis tak menyelesaikan masalah.
Marah tak melegakan perasaan.
Bertindak tak bertanggungjawab hanya menambah masalah.

Lalu haruskah aku membenci dan memaki?
Dan aku sungguh berharap itu hal yang dibenarkan.
Sayangnya semua itu bodoh dan membuatku semakin merasa bersalah.

Mungkin aku memang busuk, mungkin aku memang brengsek, mungkin aku hanya manusia yang berlumur dosa, mungkin aku manusia sombong. Karena di sana ada Allah yang selalu siap sedia mendengarkan curhatku, sayangnya aku selalu mengesampingkanNya.

Andai semua lebih mudah kujalani.


Kulonprogo. In my bedroom, 21 July 2015

February 27, 2015

Malam Hari H

Besok adalah hari terakhir aku ngantor ke Leutika. Sangat khawatir kalau aku menangis. Mau ditaruh di mana gengsiku yang setinggi langit ini? Wkwkwkwkw... Yang lebih menyebalkannya lagi, si Nita niat banget ingin membuatku menangis. Bahkan sudah berlangsung sejak beberapa hari yang lalu. Entah apa modusnya, tapi sepertinya dia akan bahagia sekali jikalau aku menangis tersedu sedan di hari terakhir aku di Leutika.

Semoga dalam hal ini Allah membantuku. Aamiin. 

Love
Perempuan cantik ;)

February 18, 2015

#30HariMenulisSuratCinta day 18: Apa kabar Galau?

Dear Galau

Ini adalah 10 hari menuju hari H, dan masih saja kamu datang. Padahal semua adalah keputusan bersama. Semua sudah dipikirkan masak-masak, demi masa depan yang lebih baik. Demi mengusir dirimu yang hadir harian karena pekerjaan yang mulai membosankan. Lalu  kenapa kamu masih sering datang? dengan lebih intensif. Aku tidak tahu lagi bagaimana lagi aku harus mengusirmu?

Hay galau,
Kapan kamu tidak akan datang lagi? Kapan kamu malas mengujungiku?
Beritahu aku caranya, supaya aku bisa melakukan sesuatu.


Sincerely
Brain

Gambar diambil dari sini
Sumber gambar http://shoutussalam.com/2013/04/penelitian-galau-dapat-menular-awas-jangan-share-status/ judul [Penelitian] Galau Dapat Menular. Awas! Jangan Share Status Galau. Didonload tangal 18 Februari 2015, pukul 15.24.

February 17, 2015

Ada Apa dengan Kapan Menikah?

Waktu lagi santai-santai mengurusi fanspage-ku Lusi mengirimiku link yang isinya artikel yang cukup menggelitik. Coba aja cuss ke sini, yang judulnya adalah 'Ibu, Tolong Aku. Lindungilah Aku dari Pertanyaan “Kapan Menikah?"' Bagi orang dewasa pertanyaan ini memang benar-benar mengusik ketenangan. Jika sedang dalam keadaan yang tidak baik, hal ini bisa menusuk ke sanubari dan membuat kita menangis seperti anak kecil yang dibilang jelek,  seperti anak kecil yang diejek namanya, atau anak kecil yang tidak diajak bermain. 

Saat kita masih kecil, batasan yang menyakitkan hati dan tidak, batasan antara jahat dan baik itu sangat jelas, bisa diterima semua orang. Ibu kita, saudara kita, teman kita, ibu teman kita, tahu bahwa mengatakan jelek, mengejek teman, tidak mengajak teman yang lain bermain adalah hal yang menyakitkan hati bagi orang lain. Hal ini  dilarang oleh semua orang, hal yang kita sepakati bersama sebagai sesuatu tidak boleh kita lakukan. Tidak boleh kita lakukan karena itu membuat orang lain merasa tidak nyaman, merasa direndahkan.
Gambar diambil dari sini

Sayangnya ketika kita dewasa, batasan-batasan ini menjadi kabur. Batasan mana kata-kata yang bisa manyakiti hati orang lain, yang bisa merendahkan keberadaan orang lain menjadi tidak jelas. Entah tidak jelas, entah kita yang tidak bejalar untuk mengetahuinya. Bahkan dalam norma-norma yang berlaku dalam masyarakat kita, kita tidak diajari bahwa menanyakan “kapan nikah?” pada orang lain yang belum tahu kapan dia akan menikah adalah hal yang tidak sepatutnya dilakukan. Iya, tidak patut karena ini bisa menyakiti orang yang kita tanya. Menanyakan “kapan lulus?” “kapan punya anak?” adalah pertanyaan basa-basi yang sesungguhnya sangat tidak perlu untuk ditanyakan. Bahkan kita tidak pernah dimarahi oleh orang tua kita, karena menanyakan hal itu pada orang lain. Kakak kita juga tidak pernah menegur kita, ketika kita melakukannya. 

Rasa sakit yang dirasakan oleh orang-orang yang ditanya "kapan menikah" pun tidak bisa dipahami oleh semua orang. Bahkan kita tidak bisa mengadu pada orang tua kita, karena telah disakiti dengan cara demikian.


Membaca tulisan itu membuatku sadar, apa yang salah dengan pertanyaan "kapan menikah?" kenapa hal ini bisa sangat menyakitan bagi kebanyakan orang yang belum menikah? Jika hal ini begitu menyakitkan kenapa tidak semua orang memahaminya? Lalu kenapa dalam budaya kita, kita tidak pernah diajari untuk tidak pernah menanyakannya pada orang lain? Lalu benarkan pertanyaan "kapan menikah?" ini hanya menjadi basa-basi bagi orang yang bertanya, tanpa bermaksud untuk menyakiti pihak lain? Apakah tidak ada unsur kesengajaan untuk merendahkan pihak lain?
Gambar diambil dari sini
Sumber gambar:
"Kapan Nikah? atau Sudah Punya Abnak Berapa?" https://mosyaf.wordpress.com/2014/07/29/kapan-nikah-atau-sudah-punya-anak-berapa/ diambil tanggal 17 Februari 2015, jam 15.50
"Kapan Nikah" http://rizqoo.blogspot.com/2013/06/kapan-nikah-eaa.html diambil tanggal 17 Februari 2015 jam 15.52

#30HariMenulisSuratCinta day 17: Terima kasih

Dear #30HariMenulisSuratCinta,

terima kasih karena engkau ada. Memang sudah sangat terlambat bagiku untuk menulis surat untukmu. Yang lain sudah memulai sejak 16 hari yang lalu, dan aku baru memulainya hari ini. Namun terlambat lebih baik kan dari pada tidak sama sekali kan?

Mulai hari ini aku akan mengikutimu, menulis surat cinta untukmu, emmm, bukan untukmu juga sih. Namun untuk yang lain, demi dirimu. Terima kasih karena engkau ada, sehingga aku memiliki semangat untuk mengisi blogku lagi. Meski aku terlambat, semoga Engkau tidak menolakku.

^^

Aku yang Dulu

Aku yang dulu sangat memahamimu. Aku yang dulu sangat mengerti dirimu. Aku yang akan dengan bahagia menterjemahkan tingkahlakumu untuk orang lain. Iya, kamu susah dipahami untuk orang normal. Mungkin kita sama-sama tak normal itu kenapa aku bisa memahamimu dengan baik.


Sekarang, aku tak mau memahami. Saat ini aku tak mau berurusan dengamu. Iya, aku tidak mau, karena aku sedang menjaga diri. Aku tak ingin sakit lagi. Bukan karena aku masih menyayangimu, bukan karena aku masih mencintaimu. Tapi bagaimana pun rasa itu telah menodai apa yang dulu kita sebut sebagai persahabatan. Bagaimana pun, kita tak akan pernah melupakan hal itu. Bagaimana pun, engkau akan tetap jumawa mengenai hal itu. Dan bagaimana pun aku akan tetap merasa kerdil akan hal itu. 


Lalu demi menjaga gengsiku yang sangat tinggi, akan kutunjukkan padamu bahwa semua itu sudah tak berarti lagi bagiku. Bahwa engkau sama sekali tak ada artinya bagiku. Aku tak membutuhkanmu baik sebagai seorang lelaki, maupun sebagai seorang sahabat. Bahwa temanku tak hanya kamu saja. Apakah aku bisa? Sangat bisa. 


Sayangnya satu hari dari sekian ratus hari, kadang aku pun merindukanmu. Merindukan persahabatan kita. Merindukan memahamimu atau menterjemahkan apa yang sedang kamu alami. Tapi aku terlalu takut semua itu engkau salah artikan lagi. Takut engkau akan jumawa lagi. Iya, jumawa. Bukankah itu salah satu sifatmu? Aku malas menghadapi semua itu. Karena bagaimana pun, kita tak akan pernah melupakan kejadian itu. Lalu aku lebih memilih mencari kebahagian dari persahabatan yang lain. 

Gambar diambil dari sini

Sumber foto: Friendship, didownload jam 11.53 tanggal 17 Februari 2015 http://www.santabanta.com/wallpapers/friendship/?page=4

January 12, 2015

Hari ke 3, 4, dan 5


Pagi hari di hari ke 3 masih ada rasa nyesek yang tersisa ketika mengingat aku akan resign dari Leutika. Tapi sore hari ketika aku pergi ke Jolly, aku kembali ingat kenapa aku akan resign. Aku kembali mengingat mimpiku. Aku kembali mengingat kebahagiaan akan mimpiku.

Dan kini ketika sudah sampai di hari ke 4 setelah aku mengatakan akan resign, di siang hari aku kembali bahagia. Totally happy. Apalagi ketika membuka-buka IG sebuah akun olshop batik, aku kembali optimis pada tujuanku.

Sore hari di hari ke empat setelah aku mengatakan resign, aku bisa kembali ke kehidupan normalku. Aku sudah mulai merindukan ponakanku yang super duper ganteng, yang ternyata sudah 3 hari nggak aku kunjungi. Betapa rindunya aku padanya. Selama 3 hari ini aku tidak sempat merindukannya karena aku sibuk dengan perasaanku. Aku juga sudah memikirkan betapa menumpuknya bajuku yang belum distlika. Kalau beberapa hari sebelumnya, aku tidak ambil pusing karena aku masih patah hati. Aku masih sedih. Hehehehe... Tapi teteup sih belum setlika, bahkan baju setlikaan abis bis. Nggaaakkk ada sama sekali. Wkwkwkkw....

Di hari ke 5 aku bertemu dengan dua sohibku. Yang awalnya aku pikir mereka akan menentang keputusan resignku, ternyata tidak sama sekali. Mereka justru mendukungku. Sangat mendukungku. Aku? Bahagiaaa...sekali. Mereka sangat mensuportku. Bahkan, hal yang kuanggap biasa, yakni memulai usaha ini, dianggap sebagai sesuatu yang hebat. Ya, membuka usaha ini, meskipun masih menjadi dropshipper aku anggap sebagai hal yang nggak luar biasa. Tapi nyatanya dua sahabatku ini menganggapnya keren. Setelah kupikir-pikir, mungkin semua ini memang keren. At least rencanaku tidak berhenti pada wacana. Satu hal lagi, kursus jaitku juga dianggao sebagai langkah yang niat, kalau orang Jawa bilang. Padahal aku melakukannya karena aku suka aja. Dan aku bahagia melakukannya. That'S it. Dan malam ini, aku semakin yakin mungkin ini memang jalanku.

And hopefully I will fine till that day. Dan semoga aku akan tetap tersenyum meskipun hari perpisahan itu tiba. Dan yang pasti aku akan tetap mencintai kalian dan LeutikaPrio, temans.

January 8, 2015

Hari Kedua

 
Hari kedua setelah aku mengatakan aku akan resign, nyatanya aku masih sesedih kemarin. Bahkan sempat mengalami nyeri seperti patah hati. Ya, nyeri yang menusuk hati. Nyeri yang tak kurasakan di hari pertama. Sepi yang tiba-tiba menyerang. Kemudian aku seperti terlempar ke sebulan kemudian, ketika aku sudah tak menjadi bagian dari mereka. Ketika aku adalah orang luar dari sebuah keluarga ini. Kemudian aku memandangi teman-temanku, lalu berpikir bahwa "sebulan lagi aku tak kan merasakan ini. Aku akan sangat merindukan kalian". That's so pathetic
 
Bahkan ketika aku berangkat kerja, aku sempet mengalami gairah awal-awal kerja. "Hei, aku berangkat kerja nih. Aku punya pekerjaan. I am somebody".

Dan di hari kedua setelah aku mengatakan akan resign, aku harus bertemu dengan teman penerjemah perasaanku, supaya aku bisa lebih tenang. Supaya aku bisa berpikir logis. Supaya aku bisa kembali ke prioritasku. Supaya aku tahu, sesungguhnya apa yang aku cari.

Dear Allah. I need You, I'm lost without You. I'm nothing without You. Please don't leave me. 

*ditulis semalem, sudah diikuti oleh deraian air mata :p

January 7, 2015

Rasanya Sesedih Ini

Aku baru tau, kalau mau meninggalkan Leutika itu rasanya sesedih ini. Mirip patah hati, tapi lebih menyedihkan. Meskipun aku yakin, tidak semenyengsarakan saat patah hati. Tapi tetap saja rasanya sedih banget.

Aku pikir aku takkan menangis, aku pikir aku akan tegar. Nyatanya nooolll besaarrr!!! Bahkan aku menangis sebelum saatnya. Bahkan aku mulai ragu dengan keputusanku. Ah, tapi biasanya aku memang begitu kan? Menangis, bersedih saat seharusnya belum, lalu sudah membaik saat waktunya tiba. Tapi entahlah untuk yang kali ini.

Mungkin keluarku dari leutika adalah bentuk dari rasa tak bersykurku pada hidup. Atau justru supaya aku lebih bersyukur pada hidup? Atau aku sudah malas dengan kemapanan, sehingga membutuhkan ketidakpastian? Sepertinya pertanyaan ke dua lebih tepat, aku keluar dari leutika supaya aku lebih bersyukur pada hidupku. Iya, kemapanan ini, kenyamanan ini, justru membuatku manja. Membuatku tak mau menghadapi hal-hal yang dulunya kuanggap biasa kini mulai kuanggap rumit. Kemapanan ini membuatku tak bersyukur pada apa yang telah kuterima. Kenyamanan ini membuatku tak ingin terusik, namun menginginkan imbal balik yang lebih besar. Saat kuperoleh, aku masih saja merasa kurang. Ah, entahlah. Aku sedang mencoba menyelami perasaanku sendiri. Sebenarnya apa yang sedang aku cari.

Apakah aku hanya bosan sesaat? Lalu kenapa bisa berlangsung setengah tahun lebih? Ke mana perginya semangat itu? Ke mana perginya gairah itu? Ke mana perginya cinta itu? Ke mana perginya rasa syukur itu?

Aku tau, akan ada saat aku menyesali keputusanku. Namun keputusan yang kuambil sudah bulat. Semoga ini adalah jalanNya untukku menjadi lebih baik. Karena semua sudah kupertimbangkan baik-baik, positif dan negatifnya. Dan aku tidak ingin tak mendapat ridhanya, tak ingin tak mendapat berkahnya. Semua yang kulakukan, inysa allah untuk lebih mendekatkan diri padaNya juga. Aamiin. (҂'̀⌣'́)9 


Ditulis semalem, saat mau tidur.

Taken from here