January 12, 2015

Hari ke 3, 4, dan 5


Pagi hari di hari ke 3 masih ada rasa nyesek yang tersisa ketika mengingat aku akan resign dari Leutika. Tapi sore hari ketika aku pergi ke Jolly, aku kembali ingat kenapa aku akan resign. Aku kembali mengingat mimpiku. Aku kembali mengingat kebahagiaan akan mimpiku.

Dan kini ketika sudah sampai di hari ke 4 setelah aku mengatakan akan resign, di siang hari aku kembali bahagia. Totally happy. Apalagi ketika membuka-buka IG sebuah akun olshop batik, aku kembali optimis pada tujuanku.

Sore hari di hari ke empat setelah aku mengatakan resign, aku bisa kembali ke kehidupan normalku. Aku sudah mulai merindukan ponakanku yang super duper ganteng, yang ternyata sudah 3 hari nggak aku kunjungi. Betapa rindunya aku padanya. Selama 3 hari ini aku tidak sempat merindukannya karena aku sibuk dengan perasaanku. Aku juga sudah memikirkan betapa menumpuknya bajuku yang belum distlika. Kalau beberapa hari sebelumnya, aku tidak ambil pusing karena aku masih patah hati. Aku masih sedih. Hehehehe... Tapi teteup sih belum setlika, bahkan baju setlikaan abis bis. Nggaaakkk ada sama sekali. Wkwkwkkw....

Di hari ke 5 aku bertemu dengan dua sohibku. Yang awalnya aku pikir mereka akan menentang keputusan resignku, ternyata tidak sama sekali. Mereka justru mendukungku. Sangat mendukungku. Aku? Bahagiaaa...sekali. Mereka sangat mensuportku. Bahkan, hal yang kuanggap biasa, yakni memulai usaha ini, dianggap sebagai sesuatu yang hebat. Ya, membuka usaha ini, meskipun masih menjadi dropshipper aku anggap sebagai hal yang nggak luar biasa. Tapi nyatanya dua sahabatku ini menganggapnya keren. Setelah kupikir-pikir, mungkin semua ini memang keren. At least rencanaku tidak berhenti pada wacana. Satu hal lagi, kursus jaitku juga dianggao sebagai langkah yang niat, kalau orang Jawa bilang. Padahal aku melakukannya karena aku suka aja. Dan aku bahagia melakukannya. That'S it. Dan malam ini, aku semakin yakin mungkin ini memang jalanku.

And hopefully I will fine till that day. Dan semoga aku akan tetap tersenyum meskipun hari perpisahan itu tiba. Dan yang pasti aku akan tetap mencintai kalian dan LeutikaPrio, temans.

January 8, 2015

Hari Kedua

 
Hari kedua setelah aku mengatakan aku akan resign, nyatanya aku masih sesedih kemarin. Bahkan sempat mengalami nyeri seperti patah hati. Ya, nyeri yang menusuk hati. Nyeri yang tak kurasakan di hari pertama. Sepi yang tiba-tiba menyerang. Kemudian aku seperti terlempar ke sebulan kemudian, ketika aku sudah tak menjadi bagian dari mereka. Ketika aku adalah orang luar dari sebuah keluarga ini. Kemudian aku memandangi teman-temanku, lalu berpikir bahwa "sebulan lagi aku tak kan merasakan ini. Aku akan sangat merindukan kalian". That's so pathetic
 
Bahkan ketika aku berangkat kerja, aku sempet mengalami gairah awal-awal kerja. "Hei, aku berangkat kerja nih. Aku punya pekerjaan. I am somebody".

Dan di hari kedua setelah aku mengatakan akan resign, aku harus bertemu dengan teman penerjemah perasaanku, supaya aku bisa lebih tenang. Supaya aku bisa berpikir logis. Supaya aku bisa kembali ke prioritasku. Supaya aku tahu, sesungguhnya apa yang aku cari.

Dear Allah. I need You, I'm lost without You. I'm nothing without You. Please don't leave me. 

*ditulis semalem, sudah diikuti oleh deraian air mata :p

January 7, 2015

Rasanya Sesedih Ini

Aku baru tau, kalau mau meninggalkan Leutika itu rasanya sesedih ini. Mirip patah hati, tapi lebih menyedihkan. Meskipun aku yakin, tidak semenyengsarakan saat patah hati. Tapi tetap saja rasanya sedih banget.

Aku pikir aku takkan menangis, aku pikir aku akan tegar. Nyatanya nooolll besaarrr!!! Bahkan aku menangis sebelum saatnya. Bahkan aku mulai ragu dengan keputusanku. Ah, tapi biasanya aku memang begitu kan? Menangis, bersedih saat seharusnya belum, lalu sudah membaik saat waktunya tiba. Tapi entahlah untuk yang kali ini.

Mungkin keluarku dari leutika adalah bentuk dari rasa tak bersykurku pada hidup. Atau justru supaya aku lebih bersyukur pada hidup? Atau aku sudah malas dengan kemapanan, sehingga membutuhkan ketidakpastian? Sepertinya pertanyaan ke dua lebih tepat, aku keluar dari leutika supaya aku lebih bersyukur pada hidupku. Iya, kemapanan ini, kenyamanan ini, justru membuatku manja. Membuatku tak mau menghadapi hal-hal yang dulunya kuanggap biasa kini mulai kuanggap rumit. Kemapanan ini membuatku tak bersyukur pada apa yang telah kuterima. Kenyamanan ini membuatku tak ingin terusik, namun menginginkan imbal balik yang lebih besar. Saat kuperoleh, aku masih saja merasa kurang. Ah, entahlah. Aku sedang mencoba menyelami perasaanku sendiri. Sebenarnya apa yang sedang aku cari.

Apakah aku hanya bosan sesaat? Lalu kenapa bisa berlangsung setengah tahun lebih? Ke mana perginya semangat itu? Ke mana perginya gairah itu? Ke mana perginya cinta itu? Ke mana perginya rasa syukur itu?

Aku tau, akan ada saat aku menyesali keputusanku. Namun keputusan yang kuambil sudah bulat. Semoga ini adalah jalanNya untukku menjadi lebih baik. Karena semua sudah kupertimbangkan baik-baik, positif dan negatifnya. Dan aku tidak ingin tak mendapat ridhanya, tak ingin tak mendapat berkahnya. Semua yang kulakukan, inysa allah untuk lebih mendekatkan diri padaNya juga. Aamiin. (҂'̀⌣'́)9 


Ditulis semalem, saat mau tidur.

Taken from here