Pagi ini aku membaca buku Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat yang ditulis oleh Mark Manson. Di dalam buku ini Manson sedikit bercerita alasan kenapa dia memilih berwiraswasta dibanding menjadi pekerja kantoran. Alasannya adalah karena dia tidak suka disuruh-suruh. Lalu aku teringat banyak orang yang ingin mejadi wiraswastawan karena alasan ini. Banyak sekali. Kok tau? Karena alasan berwiraswasta sering ditanyakan oleh motivator bisnis dan jawaban seperti itu sering banget muncul.
Lalu aku bertanya-tanya dan mengingat-ingat, apakah ini jadi alasanku juga? Ternyata tidak. Aku tidak pernah merasa terbebani atau benci ketika disuruh-suruh jika itu urusannya dengan pekerjaan. Aku benci disuruh-suruh tapi untuk urusan lain. Lalu kenapa aku memilih untuk bekerja di rumah dibandingkan menjadi pekerja kantoran?
Aku adalah pecinta film, sejak aku kecil. Dulu ketika aku bercita-cita sebagai mbak-mbak kantoran aku selalu membayangkan jadi mbak-mbak kantoran seperti di film-film. Kayaknya asyik banget. Begitu juga dengan nongkrong habis pulang kantor bareng temen kantor. Terlihat menyenangkan dan sangat film. Tapi herannya aku nggak pernah bercita-cita jadi PNS karena nggak ada film yang menggambarkan PNS itu seru dan asyiik (yang bagiku saat ini sangat aneh karena aku pernah mengalami inverior komplek karena ini). Memang begitulah aku, dramatical sekali. Wkwkwkw... Lalu kenapa akhirnya aku memutuskan bekerja di rumah? Sejujurnya nggak ada alasan yang terlalu jelas, tapi aku mau flashback (flesbeekkk cuyyy) ke saat aku akhirnya memutuskan resign.
Di suatu pagi yang teramat cerah saat aku berangkat kerja, saat itu aku sudah sangat jenuh dengan statusku sebagai pekerja kantoran, lalu aku bertanya pada diri sendiri "ini mau sampai kapan begini? naik motor ke kantor pulang pergi, lalu duduk di kantor dari pagi hingga sore dengan gaji yang sebegitu-begitu saja. Mau sampai kapan? Apakah aku bisa melakukan ini 5 tahun lagi, 10 tahun lagi, 15 tahun, 20 tahun atau sampai sisa hidupku? Ini aku masih single besok kalau punya anak masak iya mau ditinggal-tinggal terus? Terus kalau gajiku segini-gini aja kapan aku beli tanah impianku? Kapan aku kaya raya?" Karena jawabannya tidak, aku tidak bisa melakukannya 10 tahun lagi maupun di sisa hidupku, dan karena menjadi mbak-mbak kantoran sepertinya tidak akan bisa membuatku membeli tanah impian, jadi aku berpikir resign adalah hal terbaik. Selain karena alasan boyok yang sudah mulai tidak bersahabat. Waktu itu setiap pulang kerja aku salalu kesakitan di bagian tulang belakang.
Lalu lagi-lagi aku membayangkan mbak-mbak yang kerja di mana saja, di mall, di cafe dengan sangat aestetic kayaknya sangat menyenangkan. Menyenangkan dan film sekali (wkwkwk). Belum lagi membayangkan memiliki waktu yang fleksibel, bisa main ke cafe atau mall kapan saja tanpa menunggu pulang kerja atau weekend, dan ada kemungkinan memiliki lebih banyak uang. Semua jadi terasa masuk akal untuk resign dan memulai wirausaha. Karena wirausaha itu sebaiknya dilakukan sesegera mungkin. Iya kan? Jadi saat itu aku memutuskan resign.
Sebenarnya resignku waktu itu terbilang nekat sih, karena waktu itu aku belum tau mau jualan apa, aku hanya resign begitu saja tanpa planning matang. Tapi aku cukup bangga dengan diriku sendiri waktu itu, karena aku berani banget untuk resign dan keluar dari zona nyamanku. Nggak semua orang berani lho memutuskan resign atau sekedar memulai bisnis (aku kenal yang begini). Nah ini aku melakukan keduanya sekaligus. Aaahh, aku memang membanggakan. Peluk diri sendiri.
Lalu apakah sekarang sudah sukses berwirausaha? Hahahaa.... Awalnya wirausahaku lancar, penghasilannya bagus, tapi lama-kelamaan sepi dan akhirnya tumbang. Meski demikian aku tetap bangga dengan diriku sendiri, karena aku bisa menemukan apa yang kujual dan bahkan bisa laris. Karena bangkrut kayaknya aku mengalami inverior complex. Apa aku menyesal? Nggak sama sekali, aku tetap bangga sama diri sendiri
Lalu sekarang gimana? alhamdulilah aku masih bekerja di rumah, sekarang sebagai affiliator, yang alhamdulilah penghasilannya jauh di atas gajiku maupun penghasilan saat wirausaha. Tanah impian gimana? Belum kebeli sih, ehehehe, dan tanah itu bukan lagi tanah impian. Tapi yang jelas sekarang aku lebih bahagia, boyokku masih sering sakit tapi nggak kayak dulu. Aku juga punya waktu yang sangat fleksibel, aku bisa memulai pekerjaan kapan saja dan berhenti kapan pun. Jam kantor dan juga libur aku yang menentukan. Sebentar lagi aku juga akan sering-sering ke cafe buat bekerja bareng temen-temen. Bekerja bareng, bukan bekerjasama (beda ya). Pokoknya estetik kayak di drakor-drakor lah. Wuakakaka...
Jadi kalau kamu gimana? Memutuskan bekerja sebagai wirausaha karena apa? atau bertahan jadi pekerja kantoran karena apa? Kupenasaran deh, pasti seseru ceritaku juga