Hari
kedua setelah aku mengatakan aku akan resign, nyatanya aku masih
sesedih kemarin. Bahkan sempat mengalami nyeri seperti patah hati. Ya,
nyeri yang menusuk hati. Nyeri yang tak kurasakan di hari pertama. Sepi
yang tiba-tiba menyerang. Kemudian aku seperti terlempar ke sebulan
kemudian, ketika aku sudah tak menjadi bagian dari mereka. Ketika aku
adalah orang luar dari sebuah keluarga ini. Kemudian aku memandangi
teman-temanku, lalu berpikir bahwa "sebulan lagi aku tak kan merasakan
ini. Aku akan sangat merindukan kalian". That's so pathetic.
Bahkan ketika aku berangkat kerja, aku sempet mengalami gairah awal-awal kerja. "Hei, aku berangkat kerja nih. Aku punya pekerjaan. I am somebody".
Dan di hari kedua setelah aku mengatakan akan resign, aku harus bertemu dengan teman penerjemah perasaanku, supaya aku bisa lebih tenang. Supaya aku bisa berpikir logis. Supaya aku bisa kembali ke prioritasku. Supaya aku tahu, sesungguhnya apa yang aku cari.
Dear Allah. I need You, I'm lost without You. I'm nothing without You. Please don't leave me.
*ditulis semalem, sudah diikuti oleh deraian air mata :p
No comments:
Post a Comment