Bagi orang-orang tertentu, perempuan ataupun laki-laki yang tak kunjung menikah di "usia yang seharusnya sudah menikah", adalah orang-orang yang tidak memikirkan pernikahan. Di dalam kasusku dan kasus teman-temanku, tidak seperti itu. Kami justru orang-orang yang sangat memikirkan pernikahan. Bagaimana tidak memikirkan pernikahan, jika setiap saat semua orang menanyakan hal itu? "Kapan menikah? Mana undangannya? Mana calonnya? Mana anaknya? -___- Sudah nggak usah pilih-pilih. Kapan nyusul?" (kalo pertanyaan yang terakhir selalu kujawab "nyusul kemana?").
Di dalam kasusku dan kasus teman-temanku, kami hanyalah high quality jomblowati yang belum menemukan belahan jiwanya (saaaahhh). Kami memikirkan tentang pernikahan, kami juga memikirkan tentang membangun sebuah keluarga yang happy ever after, tapi kami hanya belum menemukan partner kami. Bagi orang-orang tertentu, kami ini adalah perempuan-perempuan yang lebih mementingkan karier, materi dan pekerjaan dibandingkan pernikahan. Nope. We're not like that. Kami menganggap pernikahan, karier, pekerjaan adalah sesuatu yang sama-sama penting. Saat ini kami hanya menjalani apa yang ada di depan mata terlebih dahulu. Jika pada akhirnya kami lebih banyak memikirkan pekerjaan dan karier, mungkin karena itulah yang bisa kami pikirkan saat ini. Karena kami belum harus berkecimpung dengan urusan domestik dan memikirkan semua itu.
Kalau kami selalu terlihat bahagia, lalu seharusnya seperti apa? Apa iya, kami harus selalu terlihat sedih sambil meunggu jodoh yang menjemput? Yang boneng aja Buu? Pria mana juga yang mau mempersunting perempuan yang selalu cembetut? Mungkin bagi orang lain, hidup kami ini kurang, karena kami belum menemukan jodohnya. Tapi apakah kami harus terlihat bersedih, terlihat tak bahagia? Keceriaan dan kebahagian yang terlihat dari luar seharusnya tidak menjadi judgement mereka terhadap kami.
Selain itu memilih jodoh itu nggak seperti memilih gadget yang "aku suka, aku punya uang, maka aku memilikinya". Jika memilih jodoh seperti itu, maka lebih baik aku tak pernah berjodoh dengan siapa pun. Karena memilih jodoh itu menyatukan dua hati (hoek cuih). Kadang hati kita telah memilih tapi si dia tidak. Kadang hati mereka memilih kita, tapi kita tak pernah memiliki rasa sedikit pun.
Tentang menikah, tentang menemukan jodoh, menurutku tidak pernah mudah, terutama bagi orang-orang yang berniat menikah sekali seumur hidup. Memilih jodoh tidak sesimpel memilih gadget (milih BB aja rempong Buu, apalagi memilih pasangan) yang jika sudah bosan atau rusak bisa diganti dengan yang baru. Tentunya kita menginginkan jodoh yang ideal menurut kita, yang bisa menerima kita apa adanya, yang bisa memberi kita kebahagiaan selamanya. Untuk menemukan seseorang seperti itu, kadang kita butuh waktu. Dan waktu yang dibutuhkan oleh satu orang dengan orang lainnya berbeda. Menemukan jodoh tidak berhubungan dengan umur. Dan menemukan jodoh lebih dulu bukan berarti mereka memiliki kehidupan yang lebih bahagia.
*ditulis saat pikiran masih normal dan tidak sedang galau, tapi hanya gatel pada judgment yang orang-orang berikan pada high qualiti jomblo yang tak kunjung menikah. Semoga bisa jadi perenungan bersama (nyari ember muntah
I know what u'r thinking and feeling. Let it flow, ntar kalo udah masanya inshaaAlloh si pangeran bermotor ninja (ojo ding bermobil ae) akan datang. Selama itu, berusahalah untuk memantaskan diri aja. Introspeksi diri biar lebih baik lagi trus nanti bs jd bekal buat jd istri solehah, baik hati, berbudi luhur, rajin menabung, dan gaul masa kini..halah.. :D
ReplyDeleteCemungutt kakak!!! \m/