June 25, 2022

Kehidupan Fanatismeku: Pergaulanku di Antara Para K-poper (bagian 2)

Jadi gengs, ketika sekarang teman-temanku mengidolakan para k-pop idol dan berusaha untuk meracuniku, aku ngerasa nggak tergoda. Bukan karena merekanya jelek, tapi kayaknya nggak ada darah fanatisme yang mengalir dalam darahku. Wkwkwkwk. Pernah ngefans sama duta aja cuma kurang lebih 1 tahun. Kemudian setahun kemudian aku sudah lupa pernah ngefans sama dia. Diajakin ngobrol tentang Duta malah bingung. Wkwkwkw


Aku tahu mengidolakan dan ngefans sama idola itu seru, bikin berbunga-bunga dan bahagia, tapi juga bikin sedih dan juga kepikiran. Mirip bangetlah sama jatuh cinta. Mengidolakan artis atau idol juga bisa bikin ambisius, bikin semangat dan punya banyak tenaga. Tapi ntah kenapa aku nggak pernah tertarik. Seberapa sering dan gettol mereka membicarakan idola mereka aku nggak tertarik. Dan aku nggak mau pura-pura tertarik hanya demi menyenangkan teman-temanku.


Karena alur fanatismeku sama Duta itu dari mencintai lagunya dulu baru bandnya lalu ke duta-nya, jadi aku berpikir bahwa mejadi fans idol k-pop itu juga begitu. Masalahnya sudah sekitar 7-5 tahun belakangan ini aku jarang mendengarkan music, baik musik barat maupun music korea. Akhir-akhir ini aku memang mendengarkan music lagi, tapi hanya untuk lagu yang liriknya punya affirmasi bagus. Karena itulah kurasa aku nggak pernah ngefans sama idol baik kpop maupu idola manapun. 


Kadang aku memang jatuh cinta sama artis korea, biasanya karena drakor yang aku tonton, tapi seiring berjalannya waktu biasanya cintaku memudar. Cinta sama mereka pun nggak sampai yang ngefaaannnsss banget sampai bisa membuatku ambis dan bersemangat, kayak teman-temanku yang mengidolakan idol-nya. Hanya sekedarnya saja, pengen posting fotonya di feed ig, udah gitu aja. Habis itu beberapa bulan kemudian aku sudah lupa. 

Serius aku bahagia untuk teman-temanku ini, karena mereka punya penyemangat hidup. Kadang aku juga merasakan kegembiraan mereka ketika melihat kebahagiaan mereka, tapi kalau aku harus ke dunia fanatisme itu kok kayaknya susah. Hehehe...

Tapi aku tetep sarangheyoooo...


Kehidupan Fanatismeku: Kenangan ketika remaja (bagian 1)

Seingetku aku jarang mengidolakan penyanyi. Pertama dan terakhir kali mengidolakan penyanyi itu ngefans sama Duta Sheila on 7 di saat kelas 3 SMA dan berakhir saat aku kuliah entah semester pertama atau kedua (jadi nggak lama hanya 1 atau 2 tahun ngefansnya). Gegara kecewa dia punya tattoo. Wakakakakak... absurd banget. Waktu itu mikir kalau dia jadi suamiku nggak mugkin dia jadi imam dong orang bertatto itu. Emang fans nggak tau diri sih ya. Padahal saat itu aku juga sadar sih nggak bakalan nikah sama dia juga, tapi ntah kenapa waktu itu rasanya kecewa banget dan akhirnya memutuskan tali perfansnan (uopoh). Ya Allah, kalau diingat-ingat ternyata aku punya kenangan konyol macam beginian. Padahal beberapa jam lalu aku nggak ingat pernah punya kenangan konyol macam begini.


Ngefansku sama Duta itu beda dari yang lain sih. Waktu itu kebanyakan teman-temanku ngefans sama westlife dan aku ngefans sama produk lokal. Bahkan waktu tabloid fantasy mengeluarkan edisi khusus westlife aku sama temenku yang notabene adalah fans getol westlife sengaja inden (pre order) tabloid fantasy edisi khusus ini (temenku yang lain pada nitip PO juga, aku pesen kalau nggak 8 atu 10 tabloid). Temanku yang fans berat ini tentu saja pengen punya koleksinya. Kalau aku hanya karena alasan, prediksiku tabloid itu bakalan sold out dan langka. Jadi bakalan banyak yang nyari tapi susah, jadi aku bisa menggunakan poster-poster westlife untuk ditukar dengan posternya duta atau pun sheila on 7. Ya Allah ngomongin ini aku jadi inget drama Reply 1997, dan sadar betapa jadulnya saya.


Di tahun 90-an itu dulu ada majalah aneka yess dan mereka punya kolom khusus untuk barter. Jadi para pembaca mengirim surat ke majalah lalu menginfokan dia punya barang apa aja dan ingin dibarter dengan apa. Biasanya yang dibarter adalah barang-barang remeh-temeh (sekarang sih remeh temeh, waktu itu semua terasa harta karun) macam poster. Misal si A kirim kolom ke majalah, menginfokan memiliki poster westlife dari majalah ini dan mau ditukar dengan segala posternya Sheilla on 7. Aku sih belum pernah mengirim kolom ini ya, tapi waktu itu aku berencana seperti itu. Mau menukar koleksi poster westlife dengan poster sheila on 7. (BTW aku jadi kepikiran, gimana kalau ternyata ada tindak penipuan. Misal si A sudah kirim tapi ternyata si B hanya bohong dan nggak ngirim. Kan koyol banget, ini aku baru kepikiran sekarang. Waktu itu sih enggak. Aku juga nggak tau waktu itu mekanisme barternya seperti apa. Kayaknya by phone dulu lalu dikirim by pos) 


Waktu itu aku nggak kirim kolom ke aneka yess karena sudah banyak temen-temenku yang bersedia untuk menukar koleksi westlife-ku dengan koleksi poster Sheilla on 7 mereka. Seperti dugaanku banyak yang nggak dapet tabloidnya. Jadi ibarat barter aku menang banyak, bisa memilih poster mana yang aku suka. Waktu itu ada teman bilang "sayang banget westlife ditukar sama sheilla on 7". Bagiku westlife nggak ada artinya, tapi sheilla on 7 (bukan segalanya tapi) aku suka bangettt. Jauuuuhhhh lebih suka daripada westlife. Dan kalau kupikir sekarang, kok bias sih temenku itu nggak memahami sesama fans? ya nggak sih? berarti dan nggak berarti kan sangat subyektif ya?


Tapi waktu itu aku cukup menikmati kehidupan fanatismeku ini, karena aku jadi dekat dengan teman beda kelas yang juga mengidolakan sheila on 7. Bahkan kayak akrab banget gitu, yang ini cukup baru buatku waktu itu karena waktu SMA aku jarang bisa akrab banget sama teman sekolah.

Kehidupan fanatismeku ini sebenernya nggak terlalu aku ingat sih. Beberapa jam lalu saja aku lupa punya sebegini banyak cerita tentang ini. Ketika aku entah semester 3 atau 4 saja aku sudah lupa kalau pernah ngefans sama Duta. Waktu itu ada teman SMA ku yang nelfon dan dia membicarakan Duta Sheilla on 7, aku menganggap dia agak aneh, kenapa membicarakan duta di telfon. Setelah telfon ditutup, aku baru ingat kalau dulu kami pernah mengidolakan Duta bersama-sama. Hahahah.. konyol banget emang.







June 24, 2022

Impian

Mimpi punya suami yang mengerti duniaku itu terlalu muluk nggak sih? Suami yang bisa memahami dunia perkontenan atau dunia persosmedan. Eh kata the secret enggak sih ya, bisa gimana aja, pakai affirmasi aja. Huahahahaha... Makin lama keinginanku makin ngelunjak dan banyak. Kabulkanlah ya Rabb.

Semisal nggak ngerti nggak papa juga sih, yang penting dia mau mendengarkan ocehan dan bacotanku kalau aku lagi menggalau tentang media sosial kayak sekarang. Huahahahha...



June 17, 2022

Kubahagia Banget

 Yaampun gengs, aku bahagia banget. Soalnya hari ini aku mensetting keyboard baru untuk tabku dan berhasil. Awalnya nggak bisa, padahal kucoba di hp bisa tapi di tab nggak bisa. Setelah diubah ke settingan awal, baru bisa.


Di blog kali ini aku sudah mengetik pakai keyboard baru lhooo (penting banget ini pamernya) wkwkwkw 😆😆😆. Meja kerjaku sekarang juga jadi terlihat lebih aestetic. Doakan semoga aku bekerja lebih semangat dan lebih bahagia ya. Aamiin ya Lord

June 14, 2022

Teman karib

Ketika umurku dua puluhan akhir aku menyadari satu hal, terkadang teman yang kamu anggap teman karib tidak mengganggapmu teman karibnya. Dan teman yang kamu anggap teman biasa ternyata menganggap kamu teman karibnya. Lucu dan aneh ya? Bagiku ini lucu sih


Aku menyadari ini ketika ada seorang mbak kost yang kuanggap teman karibku, tapi ternyata aku tidak ada di dalam daftar teman karibnya. Aku lupa sih kejadian apa yang bisa membuatku berkesimpulan seperti itu, tapi kenyataannya begitu. Lalu ada juga teman yang kuanggap biasa saja bahkan aku sudah mengkategorikannya dalam "teman yang dulu kukenal". Tapi dalam kurun waktu yang agak lama dari pertemuan terakhir kami dia bilang "pengalamanku di dunia itu memang nggak banyak, tapi dari yang nggak banyak itu aku bisa memperoleh teman karib seperti kamu dan ... (dia menyebut salah satu teman kami)". Saat itulah aku sadar ternyata selama ini dia menganggap aku teman baiknya. Kuterhura mendengarnya dan saat itu aku berharap semoga aku tidak pernah mengindikasikan bahwa aku hanya menganggapnya teman biasa, karena ternyata itu cukup mematahkan hati. Dan semoga aku tidak akan pernah menyia-nyiakannya


Jadi bertepuk sebelah tangan itu tidak hanya melulu urusan hati antara lelaki dan perempuan, tapi urusan (hati) pertemanan pun bisa saja terjadi. Dan karena kejadian itu akhir-akhir ini kadang aku bertanya-tanya ke diri sendiri "apakah dia menganggapku teman karibnya? Apakah dia masih menganggapku teman karibnya?" Ke beberapa teman yang kuanggap teman karibku.