Malam ini ketika aku kembali berjibaku dengan pengumuman lomba akhirnya aku menyadari satu hal, aku selalu bekerja lebih baik entah baik entah terpaksa memutuskan saat DL mepet. Mungkin aku memang manusia DL, yang suka taktak tuntung saat DL sudah mendekati.
Kemudian aku teringat dengan waktu lulusku saat kuliah, aku baru sukses lulus saat hampir semua teman perempuanku lulus. Which is DL sudah sangat mepet dan harus bolak-balik dipanggil kajur karena belum lulus juga. Akhirnya aku berupaya sedemikian rupa, mengalahkan segala perfectionist-ku, ketakpercayaanku pada kemampuanku sendiri, dan berusaha apapun hasilnya yang penting lulus.
Saat aku harus mengumumkan pemenang, aku baru bisa memutuskan pemenang saat DL sudah mepet. Saat itu kukesampingkan perfectionisku, kubangun kepercayaan diri pada penilaianku dan meyakinkan diri sendiri bahwa membaca 2-3 kali sudah cukup, nggak perlu ada ke 4 dan ke 5. Karena semua orang sudah menunggu: so, cepat putuskan!! Fiuh! Terpaksa jadi.
Apakah syndrom ini juga yang membuatku belum menikah di usiaku yang sekian? Memang nggak ada DL untuk menikah, at least bukan aku yang membuat aturannya, tapi orang-orang yang membuatnya meskipun sebenarnya aku juga memiliki target menikah yang sudah terlewati. Bahwa umur sekian orang harus sudah menikah, kalau nggak segera menikah, mungkin karena dia pemilih, karena mungkin dia terlalu sibuk dengan karier, karena mungkin dia tidak ingin menikah. Belum menikah di usia yang seharusnya sudah menikah kadang bukan pilihan, namun sebuah keadaan. Atau mungkin benar ini sebuah pilihan, karena lebih memilih sendiri ketimbang memilih untuk menikah dengan sembarangan orang.
Entahlah, semoga saja aku tidak kena terkena sindrom DL ini, yang memaksaku memilih dengan mengesampingkan segala idealismeku. Atau jika memang itu terpaksa aku lakukan, semoga tetap menjadi akhir yang indah. Toh ketika aku berlomba dengan DL, akhirnya aku bisa bahagia, aku bisa mencari keindahannya. Seperti saat aku lulus kuliah aku tetap bangga dengan skripsiku meski tak bernilai A. Saat aku memutuskan pemenang, akhirnya aku puas dengan pilihanku.
Aku sungguh tidak berharap bertemu jodohku dengan cara DL. Aku berharap aku bertemu dan menikah dengan jodohku karena aku menginginkannya, bukan karena tuntutan usia. Namun jika memang ini satu-satunya cara supaya aku bisa lebih menghargai, lebih menghormati dan lebih menyayangi calon pendampingku, semoga dia adalah seorang lelaki yang baik, yang akan menjadikanku ratu di setiap kehidupannya. Semoga aamiin..
gambar diambil dari sini |
Perempuan yang menunggu pangerannya.
@fatkah
Ditulis awal bulan Januari 2014, baru sempat dipost hari ini :p
No comments:
Post a Comment