July 11, 2012

Ketika Perempuan Bekerja dan Laki-laki Memasak

Mungkin cara berpikir saya yang terlalu terpengaruh ilmu S1 saya, atau kebanyakan orang (terutama laki-laki) yang masih sangat patriarkhis. Beberapa waktu yang lalu ketika saya melontarkan becandaaan, yang sesungguhnya adalah serius, mengenai tugas dan kewajiban seorang istri dan suami, salah satu teman lelaki saya merasa tidak terima. Saya mengungkapkan dengan bercandaan, yang sesungguhnya adalah prinsip saya. Dan teman saya juga menyatakan dalam konteks bercanda juga, tapi saya juga tahu, bahwa itu adalah prinsip dia.


Bagi saya mencuci dan menyeletika adalah tugas yang harus diemban bersama, laki-laki dan perempuan, ketika seorang perempuan sudah bekerja di luar. Tapi bagi kebanyakan orang, hal ini dilihat sebagai bentuk “kekurangajaran” perempuan. “Ketidakpatuhan” perempuan pada tugas dan kondrat mereka sebagai perempuan.


Kebiasaan saya bergaul dengan lelaki berilmu social terutama antropologi sering membuat saya terkaget-kaget ketika harus menjumpai lelaki di luar background pendirikan itu (padahal jumlah mereka lebih banyak). Pemahaman bahwa perempaun harus tunduk dan melayani laki-laki tidak pernah terlintas dalam benak kami, sejak kami dicekoki bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kodrat yang sama kecuali hamil, menyusui dan melahirkan.


Namun pada akhirnya saya harus mengalami culture shock ketika saya menjumpai lelaki pada umumnya. Ya, saya terlalu dimanja dengan keberadaan teman-teman dan pemahaman ‘kesetaraan gender’ kami. Atau saya yang tidak pernah keluar untuk bertemu dengan berbagai macam orang. Mungkin saya yang terlalu manja untuk beranjak dari zona nyaman saya bersama teman-teman saya. Well come to the real world fatkah!!





No comments:

Post a Comment