Berawal dari sebuah rapat dengan formasi yang nggak biasa, membuatku harus
bertanya-tanya, mau membiacarakan apa? Apakah ada sesuatu yang sangat penting
yang akan terjadi? Pemikiran yang sangat jelek pun sempat berputar-putar di
kepala, dari pengurangan karyawan, pengefektifan dan pengurangan gaji.
Rapat dimulai dengan pembahasan pendapatan perusahaan yang menurun
dibandingkan tahun lalu, padahal biaya yang dikeluarkan perusahaan naik. Dari sini
pikiran yang ada di kepala pun semakin berkecamuk. Apakah benar-benar akan ada pengurangan
karyawan? Okebaiklah sepertinya aku harus bekerja lebih giat supaya tidak ada
teman-teman yang harus dikeluarkan dari perusahaan ini. Apakah pikiranku terlalu
jauh? Mungkin. Mungkin seharusnya aku tidak harus berpikiran sejauh itu,
sehingga harus menimbulkan kekecewaan pada akhirnya. Iya, ternyata apa yang kupahami,
tidak dipahami oleh yang orang lain.
Jika mereka mau mengatakan diriku sangat loyal pada perusahaan, oke GPP. Tapi
saat itu yang kukhawatirkan bukan perusahaan, tapi justru teman-teman. Dan ketika
aku tahu bahwa rapat itu “hanyalah” membahas bagaimana caranya perusahaan lebih
maju dan usulan dari peserta rapat akan dipertimbangkan. Aku lega. Syukurlah tidak
ada pembicaraan mengenai pengurangan karyawan itu. Jadi semuanya aman. Namun di
sinilah mungkin timbulnya kekecewaanku. Mungkin kecepatan merasa puas pada
sebuah hasil rapat, yang tidak pernah terlintas dalam kepalaku.
Entah dari mana datangnya, tapi di penghujung rapat salah satu peserta rapat
menganggap saat ini sebagai organisasi karyawan perusahaan, kami kurang
memiliki visi dan misi yang sama. Harus ada sebuah kegiatan bersama yang
menyatukan kami sebagai sebuah organisasi. Pembicaraan pun dimulai dari
mengadakan pengajian lagi seperti dulu, namun rupanya Pak Bos tahu kalo
beberapa anak tidak menyukai kegiatan itu, jadi jika acara itu yang dijadikan
sebagai pemersatu kami tentu tujuan yang ingin dicapai tidak tercapai. Aku lupa,
entah salah satu anggota rapat atau Pak Bos sendiri yang usul, akhirnya
keputusan berakhir pada acara makan bareng dengan cara bertukar bekal. Dalam kepalaku
tidak pernah terlintas bahwa teman-teman yang lain akan keberatan dengan hal
ini. Entah karena aku orang yang modelnya manutan, atau diriku merasa lebih
baik dari pada pengajian (seperti yang kuketahui banyak di antara teman-teman
yang tidak suka) atau diriku yang sudah capek dengan rapat, atau karena saya
membandingkan dengan apa yang ada dalam kepala saya sebelumnya, jadi makan
bareng-bareng di kantor menurutku adalah pilihan yang baik dari pada ide pengurangan
karyawan. Intinya aku tidak keberatan dengan acara tersebut.
Keluar dari rapat dan menyampaikan hal itu pada teman-teman ternyata banyak
yang tidak setuju. Dan entah kenapa tiba-tiba diriku capek, capek menjelaskan,
capek menyampaikan keberatan ke atasan, capek harus menjadi perantara, capek
jika ditanya-tanyai, capek harus menjelaskan dengan benar supaya tidak ada
kesalahpahaman, capek menyampaikan keluhan supaya mereka tetap benar di mata
atasan.
puk puk puk.. there's a time when u get tired. *benar gak wie grammarnyah?*
ReplyDeletePerantara yg bs diandalkan kami ya cm kamu..heuheu.. :D