Konsekuensi Logis
Seperti yang selalu aku bilang "perpisahan adalah konsekuensi logis dari sebuah pertemuan". Cepat atau lambat perpisahan itu pasti akan terjadi. Dan bulan ini aku harus menghadapi sebuah konsekuensi logis dari pertemuan itu, aku harus mengalami perpisahan lagi. Nyesek rasanya, meskipun saat ini aku tidak harus berpisah dengan orang, tapi dengan sebuah tempat, tapi rasanya tetap menyedihkan. Kali ini aku harus berpisah dengan kantorku, tempat yang kece badai yang menaungi aku dan teman-temanku saat bekerja.
Iya, kami harus pindah tempat lagi. Sedih karena kami sudah terbiasa dengan tempat yang nyaman ini. Waktu sabtu kemarin aku mendapati buku-buku yang dipajang di rak sudah ditaruh di kardus rasanya nyesek. Ada perasaan kehilangan saat melihat rak-rak yang kini kosong.
Selama ini kami para pekerja memang kurang mensyukuri keberadaannya. Mungkin karena kami menganggap sudah sewajarnya kami mendapatkan semua fasilitas itu, tidak ada yang istimewa, jadi kami kurang bersyukur atas keberadaannya. Tapi ketika kami harus berpisah dengan kantor ini ternyata tempat ini sangat istimewa, tempat ini sangat nyaman, tidak rela rasanya berpisah dengan tempat ini.
Iya, kami memang kurang bersyukur, tidak pernah mengucap alhamdulilah, tapi justru merasa selalu kurang. Berbeda waktu di kantor lama, rasanya kami justru tidak terlalu rewel, tidak banyak menuntut. Di sini, setelah saya mengingat-ingat, kami terlalu banyak menuntut. Tempat yang kurang sunyi, loker yang terlalu jauh, ruang yang kurang memadai, mungkin masih banyak lagi, tapi aku tidak ingat semuanya.
Setelah kami harus berpisah dengannya, sekarang kami merasa kehilangan. Kami memang terlalu bodoh, menggapnya istimewa setelah harus kehilangan. Semoga kami bisa mengikhlaskannya supaya Allah mengganti dengan yang jauh lebih baik lagi. Aamiin.
Sebab kita sudah merasa nyaman di sana, jadi terasa berat untuk meninggalkannya. :(
ReplyDeleteHeem Mpookk :'(
ReplyDelete