November 5, 2014

Ketika Tiwi Resign

Aku pikir ketika Tiwi resign, aku nggak bakalan sedih. Toh, aku sudah ditinggal Nanik, Mpok Tanti, Fato, Mas Bro, Gembel, Sapto, Ara, Deni dan lain sebagainya yang meninggalkanku lebih dulu. Hah! anak kemarin sore itu, mana mungkin membuatku sedih. Wkwkwkkw... Bukan apa-apa sih cuma dari awal aku tau Tiwi datang ke Leutika bukan untuk selamanya, di sini dia hanya singgah. Dia akan pergi sewaktu-waktu dan bahkan mungkin meninggalkanku lebih dulu. Ternyata bener, Tiwi lulus duluan. Jadi ke-resign-annya sebenarnya tidak membuatku kaget.

Waktu aku tau tiwi mau resign, aku biasa aja. Tetep kaget sih, cuma nggak heboh dan nggak lebay. Aku juga nggak seperti yang lain, yang menghitung hari untuk ke-resign-an Tiwi. Ketika dia pamit pun, aku mentertawakannya karena menangis. Bahkan aku mengolok-oloknya. Duh! Jahat banget aku. Waktu di kantor sih aku masih baik-baik saja. Cekakak-cekikik dan mentertawakannya. Pokoknya nggak ada galau-galaunya deh. Toh dari dulu setiap ada yang resign dari kantor aku selalu berpikir: berarti ada kesempatan untuk mendapatkan karyawan yang lebih baik lagi. Bukan berarti kinerja orang yang resign jelek bukan, namun selalu ada kesempatan untuk mendapatkan karyawan yang lebih baik. Entah itu optimisku beneran atau sebenernya cuma untuk menenangkan hatiku sendiri.

Tapi ternyata waktu aku naik motor pulang, keluar dari halaman Leutika aku sama galaunya. Aku baru ngerasain, bahwa selama ini Tiwi itu ada di sana. Dia membantuku dalam ngurus banyak hal. Hello Buuukk, kemana aja hey!! Yaahh, walau nggak galau-galau banget sih, nggak kayak yang lain, yang nangis berhari-hari, tapi teteup aku galau. Sampai di rumah pun rasanya masih nggak bersemangat. Mungkin aku galaunya telat.

Keresignan Tiwi ini jadi membuatku berpikir "bagaimana nanti ketika aku resign? Bakalan mewek seperti apa aku? Kuat nggak aku mengatakan perpisahan sama mereka?" Hah! Aku sedih banget ngebayanginnya. Oke! Aku bakalan masih bisa ketemu mereka, tapi bagaimana pun aku bakalan merindukan mereka, merindukan pekerjaan di Leutika, merindukan canda tawa dengan mereka. Aku bakalan kangeennn. *kok jadi negemengin diri sendiri sih?* oke back to Tiwi. Ya intinya sih aku tetap tidak setegar yang aku duga, lalu mengingatkanku pada rencana resignku dari Leutika.

Seperti statusku di BBM Kita nggak bisa memilih siapa yang pergi dan siapa yang akan tinggal. Tapi kita masih bisa mempertahankan persahabatan selama kita mau mempertahankannya #TsaaahBanget. Dan sesedih apapun perpisahan dengan seorang teman, kita tidak bisa memaksanya untuk tinggal, karena dengan begitu artinya kita menghalanginya untuk berkembang. *cie banget kata-kataku*

Pokokke seng Ciayo ya Wik, aku tahu kamu punya banyak mimpi. Seng cemungud! Kami di sini mendukungmu *hallah*

Kesanku buat Tiwi: Kamu itu muda tapi bisa diajak berpikir dewasa. Kedewasaanmu bahkan bisa melebihiku. Kamu ngemong bahkan sama yang lebih tua. Dalam sebuah pertemanan di kantor, kamu itu ibarat mayones dalam sebuah salad, menyatukan semua rasa yang ada di dalamnya. Jadi semua terasa enak, alias tentrem pertemanannya.



*ditulis malam hari di hari yang sama ketika Tiwi resign, baru sempat diposting hari ini :D

No comments:

Post a Comment