August 23, 2013

Galau, Sedih dan Marah (part Tertawa Setan)

Hai, hai, hai. Apakabra my fans? Aku sudah menjanjikan untuk meneruskan posting-anku sebelumnya bukan, Tentang Galau, Sedih dan Marah? Nah ini dia lanjutannya. Kayak ada yang mengikuti aja. Kali ini ceritaku lumayan memuaskan dan sedikit terbalaskan dendamku. Ekekekekeke.... Jangan berpikir aku menganiayanya atau melempari kepalanya dengan batu, tapi ini kejadian setelah aku balik lagi ke rumah.

Malam itu di hari yang sama saat aku dihina dina oleh temanku (maaf lebay, tapi aku merasa seperti itu) setelah berbuka puasa dan sedang duduk-duduk santai di depan TV tiba-tiba ibukku bertanya padaku.

"Koe ngerti seng ngolok-olok koe mau ora?"
"Kae kancaku EsDe yang (dari kata eyang)"
"Jarene ki arep adol sawah, wonge arep cerai karo bojone"
"Gene arep cerai wae, ngonekke aku"

Buat yang tidak bisa berbahasa Jawa biark kutranlate untukmu. Initinya, teman yang memperolokku itu, akan menjual sawah miliknya dan akan bercerai dengan istrinya. Kata ibuku, mereka tinggal terpisah, entah setelah dia mau cerai atau memang dari awal sudah PJJ, yang jelas istrinya tinggal di Jawa Timur dan teman SD-ku ini tinggal di Yogyakarta.

Yang membuatku heran adalah jika dia merasa tidak berbahagia dengan kehidupan pernikahannya kenapa dia harus memerintahkanku menikah. Selian itu apa hak dia itu mengatakan itu padaku. Dan jika telah mengalami dan memiliki pengalaman bahwa kehidupan pernikahan itu belum tentu membahagiakan, kenapa dia harus menyarankanku menikah. Iya, aku tau menikah itu memang sunnah Rasul, tapi Rasul sendiri tidak pernah mengatakan bahwa umur 25 harus menikah misalnya. Yang aku ketahui kita dilarang mendekati zina, dan selama ini aku memang menjaga semua itu.

Demikian curhatan saya siang ini, yang jelas berita ini cukup membuatku berpikir "kalau dia sendiri tidak memiliki kehidupan pernikahan yang membahagiakan kenapa aku harus mengambil pusing kata-katanya?"

No comments:

Post a Comment