August 21, 2013

Galau, Sedih dan Marah

Sebelum berangkat ke kantor tadi pagi, banyak hal yang ingin aku ceritakan di blog ini mengenai "serangan fajar" yang telah aku alami pagi ini. Tapi ketika aku benar-benar berada di depan blogku, rasanya semua itu sudah menguap entah ke mana, padahal kemarahan itu masih, kesedihan itu masih bersarang di sini.

Pagi ini aku bertemu dengan teman SD-ku, dia sedang membeli beras di tempat ibuku. Sengaja menghindarinya, aku tidak menyapanya, aku langsung menuju motorku dan ingin segera belalu dan tidak ingin berbasa-basi super basi padanya. Sayangnya si Lakita seperti biasa, susah diajak kompromi, harus mengeluarkan tenaga sekuat mungkin baru dia hidup. Saat itu temanku sudah ada di depan pintu keluar dari penggilingan padi tempat dia bertransaksi dengan ibuku. 

Dia bilang "Hai!" dengan keras.
Aku menjawab "Hai" dengan kalem.

Saat dia bilang "hai" berasa dia kenal deket banget denganku, padahal waktu SD kami tidak pernah berteman akrab. Dia justru terlihat sebagai cowok penakut yang sering dijahili teman-temannya, sedangkan aku anak gaul yang punya nilai jual tinggi yang punya banyak teman cewek. Dan pertanyaan yang paling aku benci itu pun keluar juga. Sebenarnya itu bukan pertanyaan tetapi perintah.

"WES GEK DADI MANTEN! UMURMU KI WES PIRO?"
Jelas aku tidak menjawab, aku hanya tersenyum, meskipun dia tidak bisa melihatnya karena aku menggunakan slayer. Tapi sepertinya dia juga tidak membutuhkan jawabanku, karena sedetik kemudian dia melanjutkan kalimatnya. 

"KOWE KI WES ... (ini key board-angkanya kenapa sih?) lho!"

Saat itu ibuku sudah duduk di luar bergabung dengan kami. Ibu hanya tertawa, tapi sepertinya ibuku bingung mau membelaku seperti apa. Mungkin dia juga tidak menyangka temanku itu akan dengan tega menyebut umurku dengan cara seperti itu. Kalau tidak salah dia sempat mengulang berapa umurku sekali lagi.

Dan aku masih diam, bingung mau menjawab apa, tapi serius itu mak JLEEEBBB BHANGGEEETTTT. For your information, dia mengatakan itu dengan suara KERAS, LANTANG dan GALAK, menurut versiku sih. Tapi dia memang keras banget waktu mengatakannya, mungkin semua orang di dusunku sekitar rumahku bisa mendengarnya. Rasanya ingin menutup kuping ketika dia mengatakan berapa tahun aku sudah berada di dunia ini. Dan kenapa dia harus harus membawa-bawa umur? Dan kenapa dia harus menanyakan hal itu dengan cara seperti itu?

Setelah aku bisa menguasai diri, aku pun akhirnya menjawab dengan kalem "Yo di dongakke wae ya," jurus ini biasanya mempan untuk menjawab mereka, tapi dia justru bilang "Yo ora meng ndonga wae, ra ketemu nek meng ndonga"

Than, what the hell that i have to say? Itu adalah kata-kata pamungkas untuk menutup mulut mereka yang usil. Dan seperti yang aku bilang biasanya ini berhasil, tapi kali ini tidak dengannya. 

Akhirnya aku pun menjawab "Yo mosok aku kon nggolek neng ndalan?"

Entahlah, mungkin waktu itu aku terdengar emosi, tapi aku benar-benar bingung harus menjawab apa. Dan saat ini, saat aku menuliskan semua ini di blogku ini, aku benar-benar sedih ketika mengingat pertanyaan dan kejadian pagi ini. Aku memang bukan tipe cewek yang nyaman berteman dengan lelaki, meskipun sebenarnya bisa, tapi aku tidak biasa. Aku lebih suka mengahabiskan waktu bersama teman-teman perempuan, ngerumpi, bergosip dan makan makanan yang lezat. Teman lelakiku sangat terbatas, hanya orang-orang yang menurutku bisa membuatku nyaman dan tidak ada tendensi apapun padaku. Ketika lelaki sudah mulai aneh dan aku tidak berniat untuk aneh-aneh juga, aku akan menutup akses dia untuk lebih dekat denganku.

Temen SD-ku ini sepertinya sangat prihatin, dan juga sangat heran denganku yang sampai saat ini belum menikah, di saat dia sendiri sudah menikah dan mungkin sudah punya 3 anak, aku tidak tahu. Yang jelas terakhir kali sekitar 5-6 tahun yang lalu, dia sudah menikah dan sudah punya 2 anak. Saat itu pun aku malas bertemu dengannya karena waktu itu dia pun menanyakan hal yang sensitif, "Wes lulus durung?". Mungkin karena prihatin dan heran dengan keadaanku dia menanyaiku dengan cara seperti itu, dengan menyebutkan umurku, dengan suara lantang dan dengan mimik yang keheranan dan terlihat marah.

Rasanya baru sekali ini aku mengalaminya, ada orang yang dengan tega melakukan itu padaku. Aku memang sering mendapat pertanyaan seperti itu, tapi bukan dengan cara dia menanyakannya. Mungkin dia tidak pernah berada di posisi seperti diriku, merasa tertekan dengan sebuah pertanyaan yang menurut mereka sepele. Tidak pernah berada dalam kondisi yang tidak "normal" menurut kebanyakan orang. Selama hidupku aku pernah mengalami hal ini beberapa kali, dan hal ini justru membuatku peka terhadap banyak hal.

Entahlah, aku tidak tahu kenapa aku harus segalau, semarah dan sesedih ini terhadap pertanyaan dia pagi ini, padahal dia hanya mengungkapkan kondisiku yang sebenarnya selalu aku pikirkan ini. Tapi ketika yang aku pikirkan dan aku galaukan selama ini dinyatakan oleh orang lain, itu LEBIH JAUH menyakitkan. Aku tahu kebanyakan orang memang berpikiran sepertinya, hanya saja mereka tidak pernah mengungkapnannya, dan ketika ada yang berani mengatakannya, I'm totally hurt.

Postingan ini ditulis dengan menahan tangis. Huwehuwehuwe.. Dan tangis benar-benar pecah saat curhat dengan Mbak @syee_mash.

Bersambung...

3 comments:

  1. Nah, aku pernah baca artikel yang mengatakan bahwa wanita single di usia yang serusnya sudah menikah akan menjadi pemarah dan mudah tersinggung. Lha tapi masalahnya, kenapa mereka jadi pemarah? Itu nggak lain karena orang-orang yang selalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan sensitif itu. Tanpa mau mengerti bahwasanya kita juga sedang galau sebab Allah belum memberi petunjuk siapa jodoh yang telah Dia persiapkan untuk kita. Orang-orang itu hanya melihat apa yang tampak di luar. Seolah-olah kita menikmati keadaan ini.

    Maka nggak usah pedulikan orang-orang seperti itu. Keluarga dan orang-orang terdekatlah yang lebih tahu bagaimana ikhtiar dan doa-doa yang selalu kita panjatkan. ‘0’)9

    ReplyDelete
  2. duh,aku sih ikut prihatin banget dek sm orang2 macem itu..kliatan bgt hidupnya gk menarik sampe musti capek2 ngurusin hidup orang lain..kasiaaann....

    #testimoni sesama korban mulut sampah (*eh)

    ReplyDelete