September 16, 2013

Cinta Terlarang

Aku tahu cintaku terlarang, tapi aku sendiri bahkan tak mampu menghentikannya. Ia tumbuh menjadi liar dan tak terkendali.







"Aku sudah siap" kata Lui pada Rika, sahabat baiknya setelah dia selesai menenangkan diri. Rika mendekat dan menggandeng Lui, siap mengantar mempelai wanita ke keluarganya. Aku mengikuti mereka berdua dari belakang. Keluarga dan orang-orang terdekat Lui sudah menunggu di luar, siap mengantar Lui ke Masjid bertemu dengan mempelai lelakinya. Aku melihat Mbak Jem, Mbok Nah, Pak Tarjo, ikut dalam kerumunan itu. Mbok Nem dan Pak Tarjo menitikkan air mata terharu karena majikan yang selalu mereka jaga sejak kecil akhirnya menikah. Sedangkan wajah para Body Guard Pak Tirto tampak lempeng seperti saat mereka sedang bertugas.

"Ma, Pa minta doa restunya" Lui mendekati orang tuanya dan mencium tangan mereka. Ibunya menitikkan air mata. Pak Tirto tampak menahan air matanya yang hendak keluar karena terharu.

Seandaninya aku bisa menangis, aku juga akan menangis hari ini, untuk mengasihani diriku sendiri. Aku tahu dari awal memang akan berakhir seperti ini. Dan seharusnya memang seperti ini. Aku memang hina, dan dia jauh lebih mulia. Aku hanyalah pengagum rahasianya.

Aku akan sangat senang jika ada seseorang yang menggagalkan rencana pernikahan ini, tapi aku sendiri tidak akan pernah melakukannya. Meski cintaku sangat kuat aku tak kan melakukan apa-apa. Aku tidak ingin menjadi penyebab air matanya jatuh. Tiap kali melihatnya menangis aku selalu menderita.

Aku memang pernah membuatnya menangis, tapi semua itu untuk melindunginya. Iya, aku selalu mengusir semua laki-laki yang mendekatinya. Aku tahu maksud para hidung belang itu. Lui memang wanita cantik dan anggun, dia bisa menjaga dirinya sendiri, namun dia perempuan biasa ada kalanya dia terhanyut oleh rayuan laki-laki. Tiap kali seperti itu aku akan menyadarkannya dengan logika-logikaku. Dan itu selalu berhasil, jika tidak berhasil aku akan membuatnya sadar dengan memperlihatkan bukti nyata di hadapannya langsung. Memang tidak mudah tapi selalu berhasil.

Hingga akhirnya Lui bertemu Dimas, calon suaminya. Aku sudah menyelidikinya seperti para lelaki yang mendekati Lui, tapi Dimas tidak ada cela. Meski benci mengakui ini Dimas cocok untuk Lui. Aku membiarkan Dimas mendekati Lui.


Mobil yang kami tumpangi berbelok, kubah masjid mulai terlihat. Aku melihat sudah banyak yang berkumpul di Masjid Al-Hikmah, termasuk para malaikat. Aku tidak tahu apakah aku bisa masuk, padahal aku ingin melihat senyum bahagia Lui setelah ijab kobul. Setelah itu aku tidak akan mengganggunya lagi. Sudah tidak pantas aku selalu membuntutinya, sekarang sudah ada Dimas yang akan selalu melindunginya. Dari dulu Lui tak membutuhkan jin sepertiku, tapi aku yang selalu melindunginya, tanpa permintaan dari siapa pun. 

 


Ditulis guna memenuhi tugas Pena Merah, sedikit merinding waktu menuliskannya. Hahaha..

4 comments:

  1. Ini si aku tuh jin ya? :O

    Waaa... baca dari awal galau banget, tapi endingnya hororrr.... *merinding*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya. Medeni banget ye Mpok? Astaghfirullah, semoga nggak sampe deh kejadian begitu.

      Delete
  2. astaga kirain cinta terlarang itu tentang sesama jenis atau sodara sedarah gitu, ternyata makhluk beda alam -_- benerbener ending yg gabisa ditebak. bagus cerpennya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah berkunjung ke Blogku. Kapan-kapan saya main ke blog situ juga ^^

      Delete