Beda keuangan, beda tantangannya. Kalau kamu miskin, maka kamu nggak merdeka secara keuangan. Semua yang kamu keluarkan harus benar-benar dipikirkan. Setiap rupiah yang dikeluarkan harus diperhitungkan. Dibilang pelit? terserah, toh memang segitu kemampuan kita dalam mengeluarkan uang.
Setelah kamu punya uang, maka akan ada orang-orang yang datang padamu untuk meminjam uang. Saat itu terjadi kita harus pinter-pinter memilih mana yang harus dipinjami dan mana yang tidak. Susah? Memang demikian. Apalagi menolak rengekan, atau kata-kata iba. Kadang pengen langsung meminjami, dan keinginan membantu sangat tinggi, tapi ada setan yang berbisik "jangaaannn". Atau kadang mikir, kira-kira dikembaliin nggak? Hahahaahaa..
Tapi memang ada jenis yang memiliki keinginan kuat di awal, namun melempem di akhir. Saat mau pinjem, apapun dilakukan, bahkan nggak ada pulsa pun dibela-belain pinjem temennya. Setelah kita pinjami, karena alasan yang membuat kita ingin membantu (kalau aku biasanya buat bayar sekolah) saat kita tagih, tiba-tiba orangnya menghilang. OMG! Rasanya jengkel minta ampun. Disms berkali-kali nggak bales, telfon nggak diangkat, apa sih maunya? (kayak lirik lagu ya?)
Sebagai orang yang meminjami, kadang kita hanya ingin memastikan, kapan uangnya dikembalikan. Semakin si peminjam hilang susah dihubungi, semakin kita resah kemudian semakin galak dan nggak percaya sama si peminjam. Jika saat meminjam dia rela meminjam HP teman, kenapa saat mengembalikan tidak meminjam HP teman juga, hanya untuk memberi kabar dan membalas SMS.
Pernah mengalami ini? Atau hanya aku saja yang seperti ini?
No comments:
Post a Comment