March 17, 2014

Jangan Membaca Entrok

Kalau boleh aku menyarankan jangan membaca buku berjudul Entrok karya Okky Madasari. Why oh why? Karena akan membuatmu kepikiran dalam beberapa waktu lamanya. Aku membaca buku ini di hari Ahad lalu, dan aku masih kepikiran sampai sekarang. Fiuh! Menurutku ini buku berat. Dan sepanjang hidupku, aku hanya sesekali membaca novel berat. Genre kesukaanku kan yang chicklit atau teenlit yang selalu berakhir bahagia untuk semuanya. Membaca buku ini membuatku kepikiran dan kapok sesaat tapi pengen membaca karya Mbak Okky yang lain. Hahahaa... payah memang.

Harus aku kahui bahwa Mbak Okky Madasari ini jenius. Dia menuliskan Entrok dengan sempurna. Aku sangat menikmati saat membacanya. Meskipun ini bukan genre yang aku suka, namun susah buatku untuk berhenti membaca. Setiap lembaran yang dia suguhkan selalu membuatku ketagihan. Dan rasanya tidak percaya kalau Entrok ini buku pertama Mbak Okky Madasari. 

Novel ini bersetting pada tahun 1950an sampai awal reformasi tahun 1999. Novel Entrok bercerita tentang Marni seorang anak pengupas singkong yang ingin memiliki entrok atau yang sekarang biasa kita kenal dengan BH. Tahun 1950an perempuan tidak biasa dibayar dengan uang, mereka dibayar dengan bahan makanan, sehingga membeli entrok buat Marni tentu hal yang berat. Apalagi marni hanya tinggal bersama ibunya. Keinginan membeli entrok ini membuat marni membantu ibunya mengupas singkong di pasar, dari sana dia kemudian bekerja menjadi tukang burung angkut, yang pada saat itu tidak umum bagi perempuan. Dari uang buruh angkut inilah kemudian marni mengumpulkan serupiah demi serupiah untuk membeli entrok.

Setelah keinginan membeli entrok terpenuhi, Marni kembali bermimpi menjadi orang yang memiliki segalanya. Dari sisa uang membeli entrok, dia berjualan sayuran. Marni menjadi pedagang keliling. Jualannya semakin lama semakin bertambah. Setelah menikah usahanya semakin berkembang, karena jangkauan kelilingnya juga semakin luas. Dari berjualan sayuran, ke peralatan dapur dan akhirnya berdagang uang. Akhirnya Marni dewasa benar-benar menjadi orang terkaya di Ngrenget, desa tempat dia tinggal. Namun hidup tidak berjalan mudah begitu saja. Sejak kecil hidup miskin dan setelah dewasa menjadi orang kaya membuat dia dituduh memiliki pesugihan. Apalagi Marni percaya pada leluhur, yang membuat sesajen dan lain sebagainya. Setelah Marni kaya, dia pun harus membayar "uang keamanan" ke pada orang-orang berseragam. Semua jadi rumit bagi Marni dan keluarganya.

Kalau harus kuceritakan semuanya rasanya tidak mungkin, dan akan ada banyak hal seru yang harus aku tulis di sini. Bisa-bisa postingan ini tidak akan pernah berakhir. Hahaha... Tapi menurutku novel ini keren banget. AKu kagum dengan Mbak Okky yang bisa menuliskan novel ini dengan begitu alami dan runut. Seolah-olah Mbak Okky pernha mengalami hal ini. Segala yang ditulisnya menjadi kritik sosial dan politik. Apa yang digambarkan Mbak Okky dalam Entrok adalah hal yang memang terjadi pada masa orde baru. Membaca buku ini membuatku bersyukur aku hanya menjumpai akhir dari orde baru. Nah segitu saja ya, review dari saya. Silakan mencari novel Entrok ini, atau kalian bisa meminjamnya dari temanmu yang punya, seperti aku. Hahaha..

Judul: Entrok
Penulis: Okky Madasari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 288 halaman.

Ditulis guna memenuhi tugas pena merah.

1 comment:

  1. Bener banget kak, ceritanya keren banget sampai sampai seolah kita ada dalam alur ceritanya. Bagian yang paling miris ketika kerja hanya dibayar dengan ubi kayu.

    Salam kenal kak, saya juga bloger baru di www.101artikel.xyz

    ReplyDelete