March 16, 2014

Mereka Tidak Mengalami yang Kualami


Waktu aku serba kekurangan, aku menjadi orang yang serba pelit. Bahkan kepelitan itu terbawa-bawa sampai sekarang. Kepelitan itu sebenarnya karena keterbatan ekonomi yang tidak memungkinkanku foya-foya, karena setiap rupiah yang kukeluarkan harus kupikirkan.

Waktu kuliah, aku hanya diberi uang saku 40rb per minggu. Jangan pikir uang segitu waktu itu banyak. Waktu itu makan lauk ayam sekitar 5000, kalau di padang sudah 6000-7500. Teman-teman kuliahku yang berada uang saku sudah 200rb-700rb per bulan. Tapi apakah aku bisa bertahan? Alhamdulilah bisa. Bahkan untuk uang foto kopi dan beli buku, aku sudah tidak minta lagi ke orang tua. Kadang mau minta, tapi keungan keluarga kadang juga mepet, jadi batal minta lagi. Apakah aku pinjem teman? Insya Allah, jangan. Dan semoga tidak pernah pinjem uang. Lalu apa yang aku lakukan? Berhemat. Berhemat adalah satu-satunya cara aku bertahan. Karena waktu itu aku juga bukan orang dagang, bahkan nggak kepikiran sama sekali buat nyambi jualan.

Setiap hari makan hanya lauk tempe atau tahu, paling banter telur ayam. Kadang juga cuma beli sayur, nasi masak supaya lebih hemat lagi. Bahkan dulu ada masa ketika aku merasa teman kuliahku kasihan dengan lauk yang aku beli, dan ngasih lauknya untukku. Kutolak dengan halus, karena aku sudah terbiasa lauk tahu tempe tanpa ayam atau daging.

Tidak perlu gengsi, tidak perlu malu sama teman-teman kita. Mereka tidak mengalami apa yang kita alami. Mereka punya uang banyak, kita punya uang sedikit. Mereka bebas meminta uang ke orang tuanya, kita tidak. Mereka tidak tahu bagaimana rasanya hidup miskin. Kita bisa membayangkan bagaimana hidup kaya, yang jelas tidak sengenes kita.

Alhamdulilahnya, teman-teman kosku juga anak-anak orang yang nggak punya. Uang sakunya kurang lebih sama denganku. Jadi kita bisa bareng-bareng berhemat. Nggak ada gengsi-gengsian antara teman kos. Meskipun miskin, tetapo kami hidup bahagia bersama. Aaahh aku jadi merindukan mereka.

Mengenai lauk tahu tempe yang kami konsumsi tiap hari, kadang nggak bisa dipahami oleh teman yang lebih kaya. Mereka pikir kami pelit, tapi kami hanya ingin bertahan hidup. Ada alasan kuat kenapa kami mengkonsumsi itu, yakni supaya uang saku kami cukup untuk bertahan satu minggu. Kalau sedang beruntung uang saku itu sisa 10.000. Bisa untuk keperluan foto kopi lain waktu, atau meminjam komik, kesenanganku jaman kuliah.

Jika mau main sok kaya, dan makan lauk ayam setiap hari, mungkin bisa. Tapi uang hanya akan bertahan 4 hari, sesudah itu kami akan kelaparan. Kadang orang yang lebih kaya tidak bisa memahami cara berpikir kami, karena membayangkan uang saku 40rb per minggu saja mereka tidak bisa, apalagi mengalami.

No comments:

Post a Comment