March 7, 2016

ME AND LGBT

Pagi ini ketika saya bangun kedua kalinya stelah acara bangun dan tidur lagi, saya mendapat dua message dari dua grup yang berbeda ditulis oleh orang berbeda. Keduanya sama-sama berbicara tentang LGBT. Ketakberpihakan si penulis sama golongan itu.
Terus terang saya tidak pernah update berita. Saya hidup di dunia saya sendiri. Tapi saya simpulkan bahwa pro kontra tentang LGBT ini pasti sangat semrawut dan sudah pasti menguras emosi para pengikut berita, karena sampai-sampai berita tentang ini sampai ke saya (baca: orang yang super duper kudet, nggak pernah baca koran, liat tv atau buka FB, yang mengetahui dunia luar dari grup-grup WA dan Line yang saya ikuti). Dan sampai-sampai teman saya yang biasanya cuek sama hal-hal begini mengunsinstal Line karena pemiliknya pendukung LGBT.
Sebagai mantan mahasiswa antropologi, ya saya sempet tak perduli cenderung mendukung pilihan masing-masing orang untuk LGBT. Terserah saja, mereka mau berperilaku seperti apa, asal tidak menganggu kehidupan saya dan kehidupan keluarga saya, saya tidak akan menganggu mereka.
Namun sebenernya keacuhan saya sempat menganggu saya sendiri, karena saya seorang muslim, dan muslim (dari yang saya baca dari grup-grup) dengan tegas melarang LGBT. Prinsip saya selama ini hanyalah tak menganggu mereka, karena mereka tak menganggu saya. Biarkan mereka hidup tenang dengan pilihan mereka sendiri tanpa gangguan dari kita yang straight. Sebenarnya saya juga menganggap LGBT salah, namun tetap menghargai itu sebagai pilihan mereka.
Namun penutup dari salah satu artikel pagi ini sungguh mengusik saya. Mau tau bagian mana yang mengusik? Cekidot:
"
Sebagai penutup, saya ingin mengutip sebuah kisah tentang keberpihakan. Di saat Nabi Ibrahim dibakar raja Nimrod, seekor semut membawa setetes air. Seekor burung kemudian bertanya, "untuk apa kamu bawa air itu?"
"ini air untuk memadamkan api yg sedang membakar kekasih Tuhan, Ibrahim."
"Hahaha... Tak akan guna air yg kamu bawa" kata burung.
"Aku tahu, tetapi dengan ini aku menegaskan di pihak manakah aku berada..
"
Ya saya di pihak yang kontra terhadap gerakan LGBT, namun saya juga kontra terhadap gerakan-gerakan kekerasan.
Please jangan perangi mereka dengan kekerasan, anggap mereka sebagai manusia. Kita boleh membenci kelompok atau gerakanny, tapi jangan manusianya. Sebaiknya hadapi mereka satu-satu jangan serang seorang pelaku sebagai kelompok. Karena menyerang kelompok akan membuat kita lupa bahwa mereka juga manusia.
Katanya gerakan mereka sungguh massive, katanya mereka tak segan-segan mempengaruhi yang straight untuk menjadi bagian dr LBGT, katanya mereka bisa menularkan penyakit mereka, katany.. Masih banyak lagi.
Please don't panic. Melindungi lingkungan kita tidak sama dengan memerangi/memusuhi/mengerasi mereka, kasih perisai ke orang-orang yang kita sayang. I don't know how, tapi menurut saya perisai dari keluarga dan dari orang-orang yang terdekat, akan lebih bermakna, saat seseorang harus menghadapi gerakan mereka. Kita nggak mungkin mengawasi terus menerus keluarga kita, tapi memberinya perisai, akan membuat keluarga yg kita sayangi lebih kuat.
Mungkin perisai ini bisa menjadi solusi bagi ketakutan kita selama ini sama gerakan LGBT
1. Milikilah keluarga yang harmonis. Ayah ibuk yang harmonis akan membentuk budaya keluarga straight Bisa jadi LGBT tidak pernah terbersit dalam pikiran si anak. Seperti saya, dibesarkan oleh bapak dan ibuk yang saling mencintai penuh kasih sayang, begitu juga dengan kakek nenek pak dhe budheku. Saya baru tau Lesby and Gay setelah saya kuliah. Dan menganggap itu super duper aneehh.
2. Perkuat iman, ahlak, ilmu agama anak. Dengan demikian dia akan takut dengan murka Allah. Tanpa kita awasi pun dia merasa diawasi oleh Allah. Ketika seseorang tahu bahwa di dunia ini ada kelompok non straight, maka dia sudah tahu harus ada di bagian mana. Jalan mana yang disukaiNya dan mana yang tidak disukaiNya. Ketaatannya pada Allah akan membantunya untuk memilih jalan yang benar.
3. Katanya gerakan LGBT massive di sosial media, maka jangan biasakan anak memegang HP sejak kecil. Ajarkan mereka untuk selalu terlibat dlm kehidupan sosial yang sesungguhnya. Ajak anak bercanda, bermain, ngobrol di dunia nyata. Sebagai orang tua, jangan terlalu sibuk dengan gadget sendiri. What they see what they will do, sejak bayi anak melihat kita memegang HP. Maka umur 2 tahun dia akan sangat terbiasa dan lihay dengan HP.
Ini adalah perjuangan setiap keluarga untuk keluarganya masing-masing. Jika stiap keluarga melakukannya, tentu tidak perlu khawatir apa yang akan terjadi dengan masa depan indonesia? Apakah seberat itu melindungi generasi berikutnya? Jauh dari HP, lebih mengenal anak, tidak bersikap egois dsb. Tapi bagi saya gerakan LGBT ini sesungguhnya adalah ladang introspeksi bagi diri kita sendiri. Sudahkan kita melindungi dengan baik, keluarga kita sendiri? Sudahkah kita menyayangi keluarga kita sendiri dengan sepenuh hati? Sampai si buah hati tidak perlu mncari kasih sayang dr pihak lain?
Memerangi atau memususuhi atau mengerasi LGBT tentu sangat mudah, namun itu bukan cara terbaik untuk melindungi keluarga kita. Membenci bahkan kadang kita sampai terbawa emosi (kata pak ustad maaf lupa namanya, keadaan emosi adalah keadaan di mana kita kehilangan iman kita) tapi ini juga bukan solusi apa-apa.
Kita tentu akan marah jika ada salah satu keluarga kita menjadi bagian dr LGBT, tapi sudahkah kita memberi perisai pada keluarga kita. Sudahkah kita menjadi contoh keluarga straight yang baik? Marilah kita menjadi bijaksana, menjadikan semua ini sebagai langkah untuk intropeksi diri.
Me,
Semut yang ingin menentukan keberpihakannya
Kamu ada di pihak mana? Tunjukkan keperpihakanmu dengan tulisan. Kutantang kalian semua ;)

No comments:

Post a Comment