Terus terang aku masih nggak habis pikir sama orang yang menganggap aku nggak memikirkan menikah. Dulu waktu aku masih kerja, dikiranya aku terlalu enjoy dengan pekerjaanku, terlalu nyaman sehingga nggak memikirkan menikah. Orang gila yang berpikiran seperti itu pasti nggak pernah membaca blogku. Kalau pernah, dia pasti muak dengan pikiran-pikiran nelangsaku tentang pernikahan yang tak kunjung datang. *hoeek*
Mungkin sebenarnya, yang mereka butuhkan(?) adalah, menjadi teman yang baik bagi kami. Menjadi orang yang bisa kami percaya, sehingga mereka bisa dan akan mendengar, betapa bingungnya kami, betapa tak tau harus berbuat apalagi kami, betapa sedih, setress, jengkel dan bahkan kadang putus asa. Mereka tak pernah mendengarkan keluh kesah kami, karena kami tidak ingin membuat mereka tidak nyaman dengan semua itu. Dan lagi kesedihan dan kebingungan kami itu bukan konsumsi publik.
Meskipun kami bingung, kami sedih, kami setress, jengkel dan putus asa, apakah semua itu harus diperlihatkan di depan banyak orang, termasuk orang-orang yang baru sekali dua kali ditemui atau ke teman-teman lama yang hanya datang sekali dalam setahun? Jika menurut mereka memang harus seperti itu, lalu aku paham kenapa cobaan ini datang pada kami bukan pada mereka.
Sincerely
Orang setress level 97
Orang setress level 97
Akhir-akhir ini ketika aku sudah resign dari pekerjaanku, aku nggak tau apa yang dipikirkan orang tentangku. Karena nggak ada lagi yang mengatakan frontal di depanku. Bisa jadi aku dianggap perawan tua yang gagal dalam percintaan dan pekerjaan. Hahahaa... At least aku bahagia dengan pekerjaan baruku. Mereka? Kasian deh, bisanya cuma ngomentari hidup orang lain, nggak bs menikmati hidup sendiri.
Dan kemarin ketika aku main ke rumah temenku, hal yang sama terjadi padanya. Dia cerita kalau ada salah satu temannya kembali menghubunginya setelah agak lama, dan temannya ini menganggap temanku terlalu nyaman dengan pekerjaannya, terlalu memikirkan karier sehingga tidak memikirkan menikah. Dan kami hanya bisa bilang "MEMIKIRKAN KARIER GUNDULMU!".
Sebagai PNS, temanku ini merasa nggak ada karier yang perlu dikejar, dan nggak ada yang perlu diambisiusi sampai nggak memikirkan menikah hanya demi pekerjaan. Dulu waktu aku masih jadi pekerja pun, aku juga nggak memikirkan pekerjaan sedemikian rupa sampai nggak kepikiran nikah. Nggak ambisius harus menduduki suatu jabatan tertentu. Kalau sampai aku menduduki jabatan yang lumayan bisa dibanggakan itu bukan karena aku mengejarnya, tapi karena kebetulan aja aku dikasih kesempatan itu.
Tapi herannya kenapa orang-orang berpikir kami belum menikah karena terlalu memikirkan karier, terlalu ambisius sama pekerjaan? Dari mana sumber pikiran mereka itu? Apa karena kami terlihat bahagia? Apa karena mereka tidak pernah melihat mata kami sembab? Apa karena status-status kami di sosial media yang tampak bahagia, cerah dan penuh cinta?
No comments:
Post a Comment