January 6, 2014

Kesenangan di Balik Kelicikan


Waktu kecil, aku suka maen sinetron-sinetronan. Waktu itu yang sering aku tiruin adalah tokoh-tokoh di telenovela anak-anak di SCTV yang judulnya aku lupa. Tapi tentang anak-anak SD dengan berbagai permasalahannya di sekolah dan tempat bermain, bukan anak SD yang sudah pacaran ya. Nah, ternyata ponakanku sekarang juga suka memerankan tokoh-tokoh di syinetron, yang kalo dilihat dari segi ceritanya astaghfirullah hal'adzim banget deh. Pokoknya nggak pantas ditonton sama anak-anak kecil.
Mela dan Qisha

Kok bisa ya samaan gini, suka niru-niruin? Padahal aku nggak pernah mengajari mereka. Mungkin karena umur-umur segitu emang masa-masanya niruin ya? Nggak ada yang ngajarin ya tipe mainnya sama.

Ponakananku-ponakanku ini, entah kenapa nggak ada yang feminim. Nggak mau deh mereka main barbie-barbiean, kadang main boneka sih tapi jarang, yang sering main musuh-musuhan atau perang-perangan. Haddeeehh *tutup muka*.

Karena ini minggu-minggu liburan setelah pembagian rapor, ponakan-ponakanku suka nginep rumah eyangnya (yang adalah tempat tinggalku jugak). Nah, malam Senin kemarin si Qisha dan Mela nginep rumahku. Entah waktu itu mereka sedang memerankan apa, pokoknya sama-sama tokoh baik (baca: protagonis) tapi musuhan (lhah?). Pokoknya gitu deh. Karena yang ditirukan adalah sinetron kolosal di TPI (yang sekarang mnc-tv) dengan logat aneh, mereka pun menirukan logatnya. Nggak tau? Coba nonton aja sinetron kolosal di TPI, yang nggak oke banget deh pokoknya. Ngomongnya kayak robot gitu, dan ponakanku berdua berkomunikasi dengan cara seperti itu, dengan bahasa Indonesia yang kadang konyol seperti: "Dek Jukukkan itu" yang maksud Mela "Dek ambilkan itu".

Tapi logat ini membuatku gampang masuk ke permainan mereka. Dua anak ini paling susah deh kalo diminta buat ngelakuin sesuatu, apalagi kalo bukan kepentingan mereka. Nah malam itu, karena aku sedang sibuk menyeletika dan butuh kain tambahan aku masuk kepermainan mereka dengan mengucapkan ini "wahai prajurit, ambilkan kain ajaib di kamar Bulek Aah". Tidak lupa memakai logat robot, biar mereka sukak. 
"Wah meng padune" kata Mela, ponakanku yang sudah sedikit besar ini ngerti trikku. "Itu tugas Adek saja" kata Mela selanjutnya, tak lupa dengan logat robot. 
"Ah kalian tidak becus mengemban tugas penting ini" kataku lagi. 
Setelah sedikit tarik ulur, karena mereka malas mengambilkan selimut di kamarku dan aku tetap memaksa, akhirnya trik ini berhasil juga. Pada akhirnya mereka malah berebut ke kamarku mengambil selimut untukku. 
"Awas hati-hati banyak harimau di depan pintu" kataku masih dengan logat robot.

Malam itu aku suka memerintah mereka dengan trik itu. Ketika kucing-kucing kami masuk ke dalam rumah aku dengan logat robot akan meminta ponakan-ponakanku mengeluarkan mereka "prajurit, usir harimau-harimau itu, cepat!" Atau ketika ponakanku haus dan minta diambilin minum aku bilang "Ambil sendiri air ajaib itu, jangan lupa ambilkan Bulek Aah juga". Trik ini selalu berhasil, asal memakai logat dan mimik yang pas. Hahahaha.. Mau mengakali ponakanmu juga? Pahami permainan mereka dan masuklah di sana. Selain ponakanmu senang, kamu juga bahagia, bisa meminta tolong dengan terselubung. Wkwkkwkw ('▿^)
Harimauu..

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas Pena Merah.

No comments:

Post a Comment