January 13, 2014

Peran Penulis dalam Melawan Arus


You are what you read

Pernah mendengar jargon itu? Menurutku jargon itu benar adanya, pertama karena biasanya orang hanya membaca apa yang mereka sukai, kedua apa yang orang baca akan berpengaruh pada cara berpikirnya. Sayangnya apa yang kita baca, apa yang bisa mempengaruhi kita, apa yang membentuk cara berpikir kita, ternyata tidak bisa memberikan pemahaman baru, tidak mencerahkan, tapi hanya melanggengkan apa yang sudah mapan di dunia ini.

Pernah membaca cerita fiksi dengan tokoh utama yang tidak cantik atau ganteng (dari awal sampai akhir, bukan yang jelek lalu tiba-tiba menjadi cantik)? Jikalau pun ada pasti bisa dihitung dengan jari. Padahal ada berapa juta bahkan trilyun cerita di dunia ini? Mengapa jarang ada karakter cerita yang tidak ganteng atau tidak cantik? Entah kenapa penulis (atau entah editornya) selalu menggambarkan tokohnya sebagai seseorang yang cantik atau tampan.

Kecantikan memang tidak selalu menjadi topik utama, namun menjadi elemen kecil yang wajib disebutkan dalam sebuah cerita fiksi. Kecil namun wajib. Simple namun diulang-ulang. Di setiap cerita fiksi selalu disebut sehingga menjadi sangat berpengaruh bagi orang yang membacanya. Ditambah lagi budaya kita yang memang menganggungkan sebuah kecantikan. Sehingga orang menggap bahwa cantik atau tampan memanglah sebuah keharusan. Membuat semua orang melakukan apa saja demi sebuah kewajiban (baca: cantik/tampan) ini.

Padahal hidup ini tidak melulu mengenai cantik dan tampan. Hidup ini juga tentang jujur, mencintai diri sendiri, rendah hati, toleransi, memiliki banyak teman, bertetangga, berbuat baik, setia, kerja keras, dan masih banyak lagi. Masih banyak hal positif lain yang bisa disebutkan dalam sebuah cerita fiksi, tidak harus melulu predikat "cantik/tampan".

Di saat semua hal (majalah, film, music, tv, fashion, dsb) berada dalam satu arus, paling tidak ada yang melawannya. Paling tidak penulis tidak terbawa derasnya arus konsep kecantikan. Karena penulis dan blog-nya bebas untuk menelurkan idenya, tanpa takut boikot dari pemegang saham.

What I want to say in this post is mari mulai menulis sesuatu yang tidak harus menyebutkan kata cantik atau tampan di dalam cerita fiksi. Lebih baik menyebutkan karakter pekerja keras, banyak teman, pribadi yang menyenangkan, mudah dicintai dan sebagainya. Supaya semakin banyak orang yang mencintai diri sendiri, supaya kita tidak terpatok pada sebuah konsep kecantikan. Mungkin usaha ini akan berat karena melawan arus yang begitu deras, namun jika tidak dilawan, hanya menjadi penonton dan membiarkannya saja, akan sampai kapan semua ini? Bukankah kita ingin menjadi penulis supaya bisa menginspirasi? Alangkah lebih baiknya jika kita bisa mengubah juga.

Tulisan ini bukan kampanye apalagi bersponsor, tulisan ini dibuat khusus untuk memenuhi tugas pena merah. Sekali kali semoga cukup feature ('▿^)

No comments:

Post a Comment