December 26, 2013

Memilih

Lagi-lagi aku mempertanyakan ini: Apakah aku sudah tidak bisa memilih? Hanya karena usiaku yang sudah tidak lagi muda. Apakah aku harus mengobral cinta seperti kata temanku? Lagi-lagi aku memusingkan apa kata temanku yang tidak tahu banyak tentang diriku. Apakah memilih untuk mendapatkan suami dengan pendidikan S1 itu terlalu muluk bagi perempuan sepertiku? Kalau begitu betapa menyedihkannya hidupku. 

Aku tidak mengecilkan orang pendidikan di bawah itu, namun pengalaman mengajariku bahwa cara berpikir mereka berbeda. Aku tidak mau kehidupan rumah tanggaku tidak harmonis hanya karena kesenjangan pendidikan, perdebatan yang tidak penting dan salah paham hanya karena beda pandangan. Bukankah lelaki patriarkis menganggap perempuan harus tunduk dan patuh pada laki-laki? Bagaimana aku bisa tunduk pada lelaki, jika aku saja merasa bahwa pengetahuanku lebih luas darinya? 

Aku tidak pernah pilih-pilih saat berteman, aku tidak pernah membeda-bedakan saat bersahabat, namun untuk imamku, hanya untuk imamku saja, aku ingin memilih yang terbaik. Demi sebuah rumah tangga yang harmonis. Supaya aku bisa menghargainya, menghormatinya, dan menjadikannya tempatku bertanya saat aku tidak tahu jawaban dari sebuah pertanyaan. Apakah pilihanku terlalu muluk?

gambar aku ambil di sini

2 comments:

  1. Ora, Mbak. Kalo untuk urusan yang satu ini, memang tidak boleh asal-asalan. Sebab posisinya dia akan menjadi imam yang bisa membimbing kita seumur hidup. So, just follow your heart. *sok-sokan banget yo aku, haha* :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Mpook, habisnya ada yang bilang begitu, terlalu repot nyariin jodoh buat aku karena harus S1. Terus katanya aku harus ngobral cinta, walau cuma bercanda tapi aku galau waktu dia bilang begitu.

      Delete