foto aku ambil di sini |
gambar aku ambil di sini |
Gambar aku ambil di sini |
The Croods hidup di dataran tinggi yang tandus, bertahan hidup dengan berburu secara tradisional, jaman itu apa sih ya yang nggak tradisional? Hahahaha. Maksudnya mereka mencari makan dengan ngejar-ngejar hewan liar supaya dapet telurnya. Jadi mereka adalah keluarga dengan fisik yang suangad kuad! Eeps biasa memanjat tebing hanya dengan tanggan, dan manjatnya cepet banget men. Bahkan si nenek masih bisa berlari dengan lincah, si bayi meski belum bisa berjalan tapi merangkak dengan kekuatan super kilat. Oke, ini memang film yang sedikit lebay. Hahaha. Tapi kece sumpah!
Ayah Eeps diceritakan sebagai lelaki yang kolot, sedangkan Eeps adalah anak perempuan yang memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Kekolotan ayah Eeps sebenarnya demi mempertahankan keluarganya. Ayah Eeps percaya bahwa berlindung di dalam gua akan menjaga mereka tetap hidup. Maklum tetangga-tetangga mereka ada yang mati terpijak Mamooth, mati digigit nyamuk, mati kedingingan karena salju dan mati karena gigitan ular. Satu keluarga mati bersamaan bok. Dan selama ini gua telah menyelamatkan mereka dari semua hal itu.
gambar aku ambil di sini |
Namun sesuatu terjadi, alam mulai berubah. Gempa ada di mana-mana, saat itu memang sedang terjadi pembentukan benua. Bahkan gua tempat perlindungan mereka pun runtuh, dan mereka harus berkelana mencari tempat perlindungan baru. Awalnya mereka berencana mencari gua baru, namun tempatnya sangat jauh. Mereka harus melewati hutan, bertemu dengan hewan-hewan yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Bertemu dengan berbagai hal yang mengancam hidup yang belum pernah mereka tahu sebelumnya. Pokoknya hidup mereka jari insecure banget deh.
Di dalam perjalanan itulah mereka bertemu dengan Guy, pemuda visioner dan revolusioner. Manusia yang lebih modern dibandingkan The Croods. Guy sudah mengenal api, dia juga berburu namun dengan membuat jebakan, bukan dengan lari-lari ngejar-ngejar hewan macam The Croods. Sehingga tubuh Guy pun lebih kurus dan tidak sekuat The Croods. Logika Guy pun lebih jalan, dibandingkan ayah Eeps yang hanya melakukan semuanya berdasarkan kebiasaan.
Awalnya ayah Eeps sangat membenci Guy, karena Guy seolah-olah mengambil perannya. Bahkan dia menganggap Guy akan membawa pergi Eeps, karena sepertinya Eeps jatuh cinta pada pemuda ini. Dan semua keluarganya, bahkan si nenek dan anak-anaknya yang lain juga sangat memuja Guy yang revolusioner (aku sengaja menggunakan kata itu, seperti di film).
Di alam yang sangat liar itu, kekuatan ayah Eeps hampir tidak beguna, yang mereka butuhkan lebih kepada trik untuk bertahan hidup. Menggunakan logika dan mencari solusi dari setiap masalah yang hadir. Dan masalah bisa sangat beragam. Pengetahuan Guy sangat bermanfaat di alam liar. Awalnya ayah Eeps terpaksa menerima Guy di dalam koloninya, setelah melalui proses yang panjang akhirnya mereka bisa bekerja sama.
Menurutku film ini keren banget, cocok buat ditonton bareng ponakan. Tapi aku tidak tahu apakah film ini selaras dengan ilmu bumi sesungguhnya. Misalnya apakah dulu paus memang hidup di daratan, lalu adakah burung mematikan pemakan daging, lalu kehidupan bawah laut yang dulunya di daratan, atau memancing hewan liar dengan membuat hewan liar lain yang mirip, dsb.
Menonton film ini aku jadi membayangkan, hidup di jaman dulu seperti The Croods pasti sangat berat dan penuh dengan ketakutan, sebab tidak ada yang pasti dan tidak ada yang mereka ketahui sedikit pun tentang alam. Bahkan mereka belum mengenal Tuhan, mau mengadu ke Yang Maha Tahu pun belum mereka ketahui.
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas mingguan Pena Merah.
Aku tau film itu. Lucu. Dengan tenang Guy membawa mereka untuk tetap berjalan, berusaha mencari tempat yang aman, walaupun sebenarnya dia tau kalo mereka memang tidak bisa menghindar dr malapetaka.
ReplyDeleteItukan aku dapetnya dari Mas Mbul, jelas kamu taulah. Tapi akhirnya sampai ke daratan kok :p
Delete