Siapa sih yang tidak tahu celana Jeans? Semua orang di dunia ini pasti tahu, atau bahkan punya celana atau pakaian berbahan Jeans di dalam almarinya paling tidak satu. Pakaian berbahan Jeans khususnya celana memang menjadi salah satu benda wajib yang harus dimiliki oleh anak muda jaman sekarang.
Saat ini celana Jeans memang identik dengan anak muda, tak heran jika orang yang sudah tua namun ingin terlihat muda sering kita lihat mengenakan celana Jeans juga.
Padahal dulunya Jeans adalah celana yang identik dengan kelas bawah, kelas buruh, karena hanya buruh tambanglah yang mengenakan celana Jeans. Bahan yang awet dan tak mudah rusak sangat disukai oleh para buruh tambang emas di California saat itu.
Asal mula celana dari bahan Jeans pun sebenarnya tanpa sebuah kesengajaan. Levi Strauss pedagang kain kelahiran Jerman ini yang dianggap memperkenalkan Jeans di negara Amerika tahun 1872. Saat Levi Strauss mengadakan perjalanan dagang ke California, dia kehabisan bahan. Satu-satunya bahan yang masih tersisa adalah kain kanvas yang digunakan sebagai tenda. Lalu ia membuat celana dengan bahan itu dan menjualnya ke para buruh tambang. Ternyata buruh tambang ini menyukai celana buatan Levi karena bahannya yang tidak mudah robek. Melihat peluang ini akhirnya Levi Strauss berjualan celana dari bahan kanvas ini. Karena mendapat banyak kritikan akan kainnya, Levi Strauss mengganti kain kanvas dengan kain berbahan Genes dari Italia, yang kemudian olehnya diubah namanya menjadi Jeans. Saat ini celana jenis ini dibuat dari bahan denim, namun orang-orang masih menyebutnya dengan sebutan Jeans.
Celana Jeans mulai melejit tahun 1930an ketika film coboy marak diproduksi di Amerika dan para tokoh coboynya mengenakan celana berbahan Jeans ini. Semua orang ingin mengenakan celana Jeans seperti tokoh dalam film coboy. Pada tahun 1960an ketika gelombang anti kemapanan menyeruak, celana Jeans pun hadir sebagai simbol anti kemapanan tersebut. Para pemuda sengaja memakai celana Jeans robek sebagai simbol perlawanan.
Jeans mulai benar-benar melejit di tahun 1980an ketika aparel ternama seperti Armani, Kelvin Klein, Vercase mulai memproduksi pakaian berbahan denim ini. Saat itu Jeans mulai diculik dan diambil alih dari simbol anti kemapanan menjadi bagian dari budaya populer itu sendiri.
Now, Jeans is not just Levi's Jeans. Jeans milik semua merk, tidak hanya milik si Levi Strauss saja. Dan saat ini celana Jeans sepenuhnya telah menjadi bagian dari budaya populer, tidak ada sisa-sisa simbol anti kemapanan di dalamnya.
Bahkan saat ini ketika apparel ternama dunia berbondong-bondong memproduksi pakaian berukuran semakin kecil, Jeans pun hadir sebagai pengekor. Ukuran pakaian yang semakin kecil yang merupakan bentuk kesombongan dari para apparel,
jika ingin tampak bagus dengan pakaian produksi mereka maka tubuh konsumenlah yang harus menyesuaikan pakaian bukan sebaliknya, ini pun diikuti oleh merk celana Jeans kebanyakan.
Jangan heran jika semakin lama, ukuran celana Jeans kita semakin naik atau semakin besar, padahal berat badan kita tetap. Itu semua bukan karena tubuh kita yang semakin gendut, namun memang ukuran Jeans yang semakin lama semakin turun, menyesuaikan trend ukuran fashion dunia.
Ada sejarah panjang di celana Jeans yang kita kenakan. Jeans yang semula milik para pekerja tambang emas, Jeans sebagai simbol kelas pekerja, sampai Jeans sebagai simbol anti kemapanan, yang akhirnya Jeans sepenuhnya milik budaya populer. Tapi apa sih yang pada akhirnya bukan menjadi bagian dari budaya populer? Tubuh ideal kurus kering yang saat ini digandrungi banyak orang ini pun dulunya bentuk tubuh yang merupakan simbol anti kemapanan sama seperti Jeans, namun saat ini bentuk tubuh ini pun menjadi bagian dari budaya populer.
Gamar aku ambil dari sini |
Posting-an ini ditulis sebagai tugas pena merah, semoga cukup feature. Hehehe ('▿^)♉
@fatkah
@fatkah
No comments:
Post a Comment